"Pergilah"
Reya mengatupkan kedua bibirnya menahan tawa saat melihat wajah masam Melly setelah meletakkan tray berisi semangkuk bubur dan segelas air putih diatas meja.
"Tuan tidak butuh apa-apa lagi?"
Kali ini Sreya meringis mendengar ucapan tidak tahu malu Melly. Jelas-jelas sudah diusir kenapa kekeh sekali sih batin Reya.
Dave memejamkan matanya sambil menarik nafas berat.
"Tuan Dave memintamu pergi" ucap pria berjas abu-abu datar. Entah datang dari mana pria itu tiba-tiba sudah sampai saja ruang makan.
Melly menundukkan kepalanya menyapa Biru. Pria itu menunjuk Melly dengan dagunya menyuruh pelayan itu pergi.
Dengan perasaan dongkol Melly menunduk singkat kemudian pamit undur diri.
"Kau datang malam-malam begini?" Dave mengambil galas air putih kemudian meneguknya.
"Ada beberapa pekerjaan yang belum selesai tuan"
Dave mengangguk
"Kalau begitu saya permisi Dulu tuan" melihat Dave yang enggan menjawab ucapannya Biru menunduk sebentar kemudian berjalan kearah ruang kerja Dave.
Dave membuka penutup buburnya mengambil sendok kemudian melihat Sreya yang juga sedang menatapnya.
"Apa? tenang saja aku tidak mencampur racun kok" ucap Sreya cepat saat tau arti tatapan pria itu.
"Aku kan juga masih mau hidup" gumam Sreya kecil yang didengar Dave.
Dave memasukkan sesendok bubur kedalam mulutnya melirik lagi kearah Reya yang seolah sedang menunggu pujian darinya.
"Lumayan"
"Benarkah?"
Reya berdiri sambil mengebrak meja makan dengan mata berbinar saat mendengar pujian yang dilontarkan pria itu. Kata lumayan menurutnya sudah sangat baik untuknya yang amatiran ini.
Tapi ucapan Dave selanjutnya membuat dirinya seolah dihempaskan dari langit.
"Lumayan tidak enak, apa ini bubur? kenapa rasanya hambar. Kau tidak lupa memberi garam kan? jangan-jangan kau tidak bisa membedakan mana gula mana garam lagi"
Pria ini!! kenapa cerewet sekali sih! pikir Sreya kesal. Ia tidak menyangka jika pria didepannya ini adalah orang yang sama dengan yang menikahinya lima bulan yang lalu. Kemana sifat bossy dan dinginnya pria itu?. Yang ada dihadapannya ini tidak lebih dari pria menyebalkan yang hanya bisanya mengomentari usaha orang lain.
"Mana biar aku mencobanya" Sreya memundurkan kursinya mencondongkan tubuhnya kearah Dave.
Dave yang melihat itu spontan memundurkan tubuhnya.
"Sendoknya mana?"
Dave memberikan sendok bekasnya pada Sreya membuat wanita itu menatapnya tidak percaya.
"Itu kan bekasmu. Aku tidak mau" jawab Reya lalu melihat kearah pelayan yang sedang mengerjakan pekerjaan disetiap sudut-sudut mansion.
Dave mengeram. Berani-beraninya wanita ini! baru kali ini ada wanita yang tidak mau bersentuhan dengannya. Wanita lain bahkan rela melempar tubuhnya keatas ranjang jika itu bersamanya.
"Orang kaya tidak punya peralatan makan ya dimeja makan. Masa harus ambil didapur sih" Reya mengerutu. Ingin menyuruh pelayan-pelayan itu tapi mereka berada sedikit jauh darinya. Malas saja harus teriak-teriak membuat tenggorokannya sakit saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Baby
RomanceMengandung anak seorang CEO? Pria keras kepala yang perintahnya menjadi titah bagi setiap orang. *** Perjodohan antara aku dan CEO itu akan berakhir beberapa hari lagi. Lima bulan lebih aku bertahan, akhirnya akan terbebas. Aku bersuami tapi merasa...