Berubah Pikiran

54.9K 3.1K 5
                                    

Dave memakan apel merahnya dengan hikmat sama sekali tidak memperhatikan orang-orang yang sedang menundukkan kepala disamping bed tempat tidurnya.

Ceklek

Bima masuk kedalam dengan membawa kotak obat, pria dengan jas putihnya itu berjalan kearah sofa kemudian mendudukkan dirinya di sana.

"Lukamu harus disterilkan, Bi" ucap Bima sambil membuka kotak obat.

Biru melirik kearah Dave yang masih mengacuhkan mereka, pria berkuasa itu sudah sadar dari satu jam yang lalu membuat atmosfer di sekeliling rumah sakit kembali normal setelah semalaman terguncang bak angin kencang.

"Tunggu apa lagi? wajahmu yang pas-pasan itu bisa tambah buruk jika tidak diobati" ucap Dave sambil menegakkan badannya berniat meletakkan kembali apel ditangannya yang sudah digigit keatas meja.

Para pria berbaju hitam yang sejak tadi diam menundukkan kepala langsung sigap bergerak membantu Dave begitu juga dengan Biru yang langsung cemas berlari kearah tuannya.

"Kalian mengejutkan ku" ucapnya datar sambil memegangi perutnya, membiarkan salah satu dari mereka mengambil apelnya.

"M-maaf tuan"

Brakk

"Tuan Dave" seorang pria bertindik hitam di telinganya menundukkan kepala setelah masuk kedalam ruangan Dave dengan membanting pintu tanpa raut wajah takut sedikitpun.

Dia pria yang memukuli Biru habis-habisan karena lalai menjaga Dave Matthew. Pria yang mempunyai kuasa tentang keamanan keluarga Matthew, Raeyon Jonanka.

"Kau menemukan gadis itu?" tanya Dave sambil perlahan menyenderkan punggungnya kembali.

Raeyon menatap kearah Bima membuat sang empunya mengalihkan pandangan kearah lain sambil mati-matian menahan degup jantungnya yang menggila.

Apa anjing gila itu tau?, batin Bima, keringat sebiji jagung menetes dari keningnya saat memikirkan jika ia juga akan mendapat bogeman mentah dari tangan barbel itu.

"Belum tuan, sepertinya ada kera penghianat yang menyembunyikannya dari kita"

Hei apa?! beraninya dia mengataiku kera!, Bima hanya bisa menahan geraman didalam hati karena ia juga tidak seberani itu untuk mengakuinya.

"Saya akan segera membawa gadis itu pada anda tapi sebelum itu ijinkan saya untuk memberinya sedikit pelajaran agar dia bisa lebih hormat pada anda, tuan"

Dave berdecak, "Apa yang mau kau lakukan padanya? menusuknya juga? ingat dia juga sedang mengandung darah dagingku"

Ucapan Dave mampu membuat semua orang yang ada disana terkejut. Bukankah pria itu tidak mengakui anak yang dikandung istrinya? bahkan Dave juga berniat akan membunuhnya.

"Sepertinya aku berubah pikiran, anak itu harus lahir" ucap Dave menjawab semua keraguan mereka.

Biru dan Bima saling pandang kemudian Bima menghembuskan nafasnya lega. Mereka tidak menyadari jika raut wajah Dave berubah mendatar saat mengatakan hal itu tapi Raeyon, dia bisa membacanya.

Semoga yang aku pikirkan ini tidak benar

****

"Kau tidak pegal terus menunduk seperti itu?"

Sreya menegakkan kepalanya melihat manik mata Dave yang juga sedang menatapnya.

"Jadi apa hukumanku?" tanya Sreya pelan.

Dave tertawa diatas kursi rodanya, "Kau tidak mau minta maaf?"

"Aku tidak salah, kau kan pantas menerimanya" gumam Sreya pelan tapi masih terdengar ditelinga Dave.

Dave mengangkat jarinya membuat Raeyon yang akan mendekat mengurungkan niatnya.

Reya melirik sekilas kearah pria dipojok ruangan yang menatapnya seperti akan mengutilinya hidup-hidup.

Apa dia yang dimaksud dokter Bima kemarin? batin Reya tidak memungkiri jika aura pria itu memang menakutkan.

"Kau seharusnya menjaga bicaramu itu, aku mungkin tidak akan tersinggung tapi entahlah dengan dia" ucap Dave sambil menunjuk Raeyon dengan dagunya.

"Jadi aku putuskan kau harus tinggal bersamaku"

"Tuan!"

"Apa?!"

Raeyon dan Reya berteriak bersamaan  mereka saling saling pandang sebentar kemudian sama-sama memalingkan wajahnya sambil mendengus kasar .

"Aku akan menuruti kemauan mu untuk melahirkan bayi itu. Tapi sebelum waktu itu tiba, kau harus tinggal bersamaku dan sebagai gantinya bayi itu menjadi  miliku. Kita tetap akan berpisah saat bayi itu lahir" jelas Dave membuat Reya terdiam.

"Dengan itu kau tidak bisa mengancamku mengunakan anak itu. Dia resmi menjadi anakku saja" lanjut Dave.

Reya menundukkan kepalanya, bukankah ini bagus? dengan begitu ia bisa tenang meraih cita-citanya. Bayi ini lahir dan memiliki jaminan hidup yang layak juga dirinya bisa hidup tenang tanpa bayang-bayang masa lalunya. Tapi kenapa tiba-tiba hatinya resah?

"Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran?"

Dave menghembuskan nafasnya kasar sambil menatap kosong kaca transparan yang memperlihatkan taman rumah sakit.

"Sesuatu datang kepikiranku" jawab Dave singkat.

"Apa?" tanya Reya penasaran, apa yang membuat kepala batu ini akhirnya merubah keputusannya.

"Kau tidak perlu tau. Kita hanya akan menambah sembilan bulan lagi masa pernikahan ini. Dan setelah itu aku akan menceraikanmu seperti rencana awal kita. Tapi bedanya, kau harus menyerahkan anak itu padaku. Bagaimana, setuju?" ucapnya membuat Reya berpikir sebentar.

Reya menganggukkan kepalanya pelan membuat seutas senyum terbit dibibir Dave.

He's My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang