50.Sehidup Semati🏙

1.3K 215 46
                                    


حتى يفرقنا الموت
hataa yufariqana almawt

🏙

🏙

🏙


"Cinta anugrah indah dari sang Maha Cinta, semua mahluk yang terlahir ke dunia hadir berdasarkan Cinta dan tumbuh melalui Cinta. Maka arahkan lah Cinta pada jalan bahagia menuju syurga."


قراءة سعيدة
{qira'at saeida}

•••

Bulan bersinar tamaram di langit Dubai, berjalan cepat mengikuti setiap gerak manusia menurut pandangan mata, padahal bulan tetap diam di tempatnya. Semilir angin yang tak nampak memberi kesejukan , menemani malam dengan bintang yang berkelap-kelip,lalu ombak di laut terus berdebur meski senja baru saja berlalu dan malam kembali menyapa.

Suara bising kendaraan terus memekik telinga tanpa ada jeda, hilir mudik manusia yang tengah menyelesaikan aktivitasnya terus bergeliriya, kata satu yang tak pernah putus dari kata yang lain saling mendominasi menjadi sebuah obrolan tanpa cela.

Di sana di gedung tinggi Burj Khalifa, tersimpan kenangan bagaimana dua pasang manusia meraih cinta agar sampai di ibadah panjang rumah tangga. Mengejar dan di kejar, ragu dan yakin, suka dan duka, risau dan cemas, tawa dan air mata menjadi saksi bisu yang tertulis tanpa tinta, yang terlukis penuh makna, tersirat dalam bayangan dan perasaan yang diharapkan dapat mengantarkan dua insan itu menuju syurga.

Masih ditempat yang sama namun di gedung yang berbeda tepatnya di Alhusayn hospital Dubai, Alam dan Farah tengah berbaring lemah di ranjang pesakitan ruang persalinan.

Tit.. Tit.. Tit .

Suara dua Patient monitor atau alat elektromedis yang digunakan untuk memantau kondisi kesehatan Fisik Alam dan Farah mulai dari aktifitas kelistrikan jantung,tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh dan parameter-parameter lain yang dibutuhkan diruang persalinan terus mengalun membentuk irama yang menyayat hati bagi siapa saja yang mendengarnya.

Selain Alam dan Farah disana juga staff dan suster serta Dokter Enez terus melakukan persiapan, hilir mudik mencoba memberi pertolongan.

Sedangkan tangan kiri lemas Farah terus memegang erat tasbih kecil pemberian Alam, bibir nya yang kering mengiringi hati untuk terus menyebut kalimat tasybih, tahmid dan tahsin, matanya yang sembab sesekali menatap Alam sang suami yang masih setia menutup mata, tak jarang air mata jatuh membasahi pipi bersamaan dengan peluh yang membanjiri pelipis dahi.

Lalu tangan kanan Farah, tertaut dengan tangan kiri Alam, meski tak berdaya keduanya tetap saling menggenggam, menarik nafas dalam lalu membuang nya perlahan itulah yang tengah Farah lakukan sekarang.

"Mas, sebentar lagi anak kita lahir, " Monolog Farah dengan suara yang tercekat, dan dada sesak.

Disini lah dimulai nya pertarungan serta perjuangan seorang ibu melawan sakit yang tidak mampu didefinisikan dengan kata dari mulai pembukaan satu hingga pembukaan sembilan sungguh meniti proses yang panjang, sampai Farah benar-benar bersyukur, meski menyakitkan tapi nikmat mana lagi yang bisa Farah dustakan.

Farah terus meringis menggigit bibir menahan sakit, mengeratkan genggamannya pada tangan Alam meski tangan itu tidak memiliki tenaga.

Mengejar Cinta Yang Tertunda Ke Burj Khalifa (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang