51.17 tahun kemudian🏙

1.4K 191 38
                                    


بعد سبعة عشر عاما
baed sabeat eashar eaman

🏙

🏙

🏙

"Pertolongan Allah itu nyata,bahkan tidak bisa dipikir oleh logika.Doa usaha dan takdir ,ketiganya berperan penting dalam kehidupan"

قراءة سعيدة
{qira'at saeida}

•••

Siang ini matahari benar-benar terik, sinarnya menyengat membakar kulit bahkan menyilawkan penglihatan padahal diatas sana awan putih di langit biru tengah membentang, membentuk berbagai karakter yang dikira-kira.

Meskipun begitu, di cuaca siang yang terik ini tak sedikitpun menghalangi aktifitas para santri dan santriwati yang baru saja keluar dari Aula, mereka baru selesai mengikuti bimbingan dari pimpinan pondok yaitu Bpk. Prof. KH Muhammad Fahri Fatahillah.

Pimpinan kedua yang menggantikan Abah dan umminya yang sudah berpulang sejak tujuh tahun yang lalu.

Dari sekumpulan para santri dan santriwati yang kompak mengenakan pakaian abu khas pondok yang tengah berjalan pulang ke asrama masing-masing, satu yang menjadi fokus tontonan yaitu dua pasang remaja kembar dengan usia hampir 17 tahun yang tengah kejar-kejaran, menabrak beberapa santri, bahkan akhirnya berputar di tubuh Fahri mencari perlindungan.

Sedangkan Fahri dan ajudan nya hanya mampu geleng-geleng kepala, keduanya sudah biasa dengan tingkah aneh dari anak adiknya itu.

Tidak selsai sampai disitu, kedua remaja kembar itu kini kembali berlari menuju kearah rumah.

"Bundaaaaaaa...., " Teriak sang adik perempuan sambil menggedor pintu, oh dan jangan lupakan sejadah yang disampirkan dipundak, mushaf yang dipangku di tangan kiri dan sendal yang sudah terlepas entah kemana.

"BunLaaaaaaa.... Tolongin Fara," Teriaknya lagi sambil terus melihat-lihat ke arah belakang, takut abangnya Faro sudah sampai.

Ceklek.

Bugh.

Gadis remaja yang bernama Fara itu terjerembab diatas abang sepupunya Fath, yang baru saja membukakan pintu. Sedangkan di ujung tangga Fifi tengah membulatkan mata, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Maafin Fara ya abang cuek," Ucap Fara sambil berusaha bangun, dengan senyum mengembang menahan malu.

"Lagian..."

"Faraaaaaalonnn woyyyy balikin surat dari ayang gue," Teriak Faro sang kaka yang tak kalah nyaring di teras rumah sambil terus berlari,dengan sarung yang ia sampaikan dipundak,dan peci hitam yang dipakai menyamping.

"Lariiiiiiii yuhuuu, bunda bang Faro bucin bun, dia deketin santriwati, dia juga surat-suratan bun," Teriak Fara lagi , mengabaikan Fath yang tengah mengumpat.

Di dalam rumah kembali terjadi kejar-kejaran bagai tom end jerry antara Fara Dan Faro. Melihat itu Fath dan Fifi malah duduk diundakan tangga menjadi penonton.

"Siapa yang bakal menang bang? " Tanya Fifi.

Dan Fath hanya mengangkat bahu acuh. Liburan semester kali ini ia tidak akan mendapatkan ketenangan dirumahnya sendiri.

Mengejar Cinta Yang Tertunda Ke Burj Khalifa (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang