[ WAJIB VOTE, KALO NGGA VOTE AUTHOR SLEDING ⚠️ ]
『"Jika seperti ini jadinya, kita impas bukan? Nyawa dibalas dengan nyawa."』
«-Lee Haechan
Katanya setiap perbuatan maka harus ada tanggung jaw...
Laki-laki manis yang kini sedang terduduk dengan tubuh lemas di depan rumahnya, Yup dia Lee Haechan saudara dari 7 bersaudara keluarga Lee yang bisa dikenal sangatlah tampan entah di perkuliahan ataupun kantoran.
Saat ini dirinya sedang di hukum, jangan tanya mengapa dan apakah ia baik-baik saja.
Maka jawaban yang ada di lubuk hatinya akan dengan tegas menolak itu semua.
Tubuhnya menggigil menahan dingin yang menerpa kulitnya, akan tetapi tidak ada pilihan lain karena jika si kakak tertua menghukumnya maka dia akan hanya bisa menuruti itu.
Cltak!
"Hyung makanlah itu, jangan mengeluh kata Mark Hyung nikmati saja sesuai hukuman mu" Anak itu melemparkan kotak makan yang tak tau apa isinya, Haechan menoleh kala mendengar panggilan dengan suara khas lumba-lumbanya.
Haechan pun langsung mengambilnya dan tersenyum kearah sang adik namun sayangnya anak itu sudah terlebih dahulu membanting jendela.
"Setidaknya mereka masih menganggap ku ada" Gumam nya sembari menatap kearah sekotak bekal yang Chenle lempar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bukankah ini terlalu banyak?
Bahkan Haechan lebih sering makan satu potong roti seharinya, jika pun malamnya tetap makan maka dirinya akan memilih memasak ramyeon.
Saat melamun melihat kotak makanan itu, Haechan teringat oleh kasih sayang ibunya kepadanya saat mereka masih anak-anak.
Sebenarnya mereka semua adalah saudara yang melebihi batas akrab, akan tetapi itu dulu. Sekarang hubungan antar saudara itu lenyap semakin tidak terasa saat kematian kedua orangtuanya dimulai.
Sejak kematian Taeyeon dan Siwon, entah bagaimana bisa mereka semua tiba-tiba membenci Haechan.
Suatu saat nanti akan terungkap semua masalah itu tunggu saja.
Menit demi menit berlalu, Haechan belum juga bisa masuk kedalam rumah walau suasana sudah menurunkan tetesan air dari langit, pipinya terlihat menggembung saat memakan sepotong roti tadi.
Haechan menyukai hujan, maka itu tidak masalah dengan keadaannya yang saat ini bagai terkurung di tetesan air itu.
Tidak lama kemudian suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Haechan yang pada awalnya menatap kearah langit.
Ceklek
"Masuklah. Aku tidak ingin beban ku semakin bertambah jika kau sakit cukup Jisung saja yang mengalami itu" Suara sang anak sulung dengan tatapan datar ditunjukan kepada Haechan.
Laki-laki berkulit Tan itu lalu berdiri dan masuk kedalam, kakinya langsung melesat ke lantai 2 arah kamarnya.
Mark yang melihat itu menghembuskan nafas penat.
Hati-hati nya menjadi sangat berat jika melihat Haechan, Mark pun juga tak tau mengapa.
Di lantai 2, saat Haechan hendak masuk kedalam kamarnya langkahnya terhenti kala tidak sengaja melewati kamar Jisung yang di dalamnya terdapat Jaemin, Jeno dan Chenle.