『•PROLOG•』

565 38 1
                                    

Jika masa SMA-ku adalah sebuah video, maka bagian dimana ada Akalanka di sana, akan jadi detik yang paling sering ku putar ulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika masa SMA-ku adalah sebuah video, maka bagian dimana ada Akalanka di sana, akan jadi detik yang paling sering ku putar ulang.

Awalnya, aku cukup tidak menyangka kalau aku juga punya kisah asmara masa SMA, sebab sebelumnya, aku sudah memiliki perkiraan tentang SMA-ku yang sepertinya hanya akan perihal mengejar nilai, rangking, dan puluhan penghargaan lomba.

Akalanka bisa menoreh banyak warna pada hidupku lewat seulas senyum saja. Mustahil untuk tidak jatuh cinta pada segala hal tentang dirinya. Kebaikan hati, tutur sopan, dan senyum indah itu tidak pernah membuatku berhenti mengucap terima kasih pada Tuhan karena telah berbaik hati menghadirkan laki-laki itu di hidupku.

Agenda rutin akhir pekan, malam tahun baru, hujan hari Rabu dan hal menyenangkan lainnya, membuat diriku berulang kali ingin mengatakan pada seisi dunia bahwa aku sungguh mencintai laki-laki itu.

Tapi bilamana diulas lagi, cerita anantara aku dan Akalanka rupanya punya tingkat bahagia dan sesak yang mungkin sama banyaknya.

Di samping segala gembira yang kami cipta, kami sempat lupa bahwasanya kami hanya dua insan yang sama sekali tak punya kuasa atas takdir yang ada.

Aku hanya manusia biasa yang terjebak tuntutan dunia, dia juga sama tak berdayanya, sementara semesta sudah punya fakta dan realitanya sendiri berkenaan dengan kehidupan manusia.

Suatu waktu, dia pernah bilang padaku ada satu kata yang paling dia tidak suka;

Kehilangan.

Katanya, dirinya lelah karena menghadapi banyak kehilangan. Jadi dia berkali-kali memperingatkanku untuk tidak kemana-mana. Untuk tetap menggenggam tangannya sampai bahkan jika bisa, selamanya.

Untuk tidak menjadi 'kehilangan' selanjutnya.

Tapi, Lan...
Bukankah lucu ketika ternyata, justru kamu sendiri yang menciptakan kehilangan itu?

Kala itu, aku sampai-sampai berharap, Akalanka yang aku kenal hanya objek delusi yang selama ini aku buat sendiri. Karena andaikata begitu, bukan persoalan besar untuk menegaskan pada diriku sendiri bahwa kehadirannya tidak lebih dari bayang-bayang semata.

Yang jadi masalah adalah,

Mengapa harus tanpa salam perpisahan?











Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Dipublikasikan pertama kali:
5 Februari 2023

Revisi:
23 Maret 2024

8 LETTERS | Chenle-NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang