Lima detik setelah Alan berkata begitu, Jeli baru bisa mampu bereaksi.
"SERIUS?? Ihh gue mau lihat suratnya! Lo nggak nulis yang aneh-aneh, kan, tentang gue? Harga diri gue dipertaruhkan ini masalahnya! Lo harus bikin image gue bagus di hadapan ibu lo, Lan. Nggak mau tau gue."
Menyaksikan itu, sudut bibir Alan tertarik secara alami. "Gue nggak kepikiran bangun image buatan."
"DIH NGGAK ASIK! Harusnya lo konfirmasi dulu dong ke gue langsung! Main tulis-tulis aja." Jeli merengut tidak terima. Kini, kepalanya berpikir keras menebak bagaimana citranya ditulis Alan dalam surat itu.
Mengingat pertemuan pertama ia dan Alan hari itu agaknya tidak tergolong bagus-bagus amat, ditambah lagi Jeli sadar penuh dengan sikap tak tahu malunya ketika mencoba mendekati Alan. Bukankah ada kemungkinan Alan memperkenalkan Jeli sebagai gadis aneh yang berisik dan hobi mengganggu ketenangan hidup?
Bagi Jeli, kesan pertama ialah suatu hal penting. Entah dari cara apa dia terlihat oleh orang lain--baik itu tatap muka atau sebatas rentetan kata dalam surat, Jeli cuma berharap image-nya tidak sekacau otak Kipli.
"Kalo dibuat-buat, namanya ngibul, Sayang." Alan berkata super lembut dengan suara rendahnya.
"Gue paling suka lihat lo jadi diri sendiri, Je. Cantik lo berkali-kali lipat nggak bisa gue gambarkan ketika lo berada di versi paling bahagia."
Jeli speechless--nyaris sulit percaya menemukan satu lagi hal baru dari cara bicara laki-laki di hadapannya.
Ini orang... baru aja flirty, kah?
"Begini cara lo mengambil alih kewarasan gue, nih? Mana pantun gombalnya?" Jujur saja, Jeli sudah berusaha mempertahankan ekspresi agar tidak ketahuan salting-salting amat.
"Nggak perlu. Lo udah cakep duluan."
Napas Jeli tertahan beberapa detik. "Buset, Lan. Izin melebur."
Biarkan Jeli hanyut sekali saja malam ini. Jangan lagi tanyakan alasan bila Jeli ditemukan dalam keadaan mencair sepenuhnya beberapa menit kedepan. Kesanggupan Jeli menyikapi Alan yang begini adalah nol besar.
"Bentar." Alan bergerak ke tempat Jeli. Ia menyingkirkan buket-buket bunga dan memindahkan benda itu ke atas meja.
Lantas setelah mendudukkan diri, Alan merentangkan tangan. "Sini, meleburnya sekalian di pelukan gue."
Dang. Jeli kalah telak.
Gadis itu tidak menyadari pipinya perlahan berubah warna jadi mirip rebusan kepiting. Garis bibirnya sudah tidak mungkin lagi bisa menahan senyum. Jeli menghambur masuk ke dalam dekapan Alan tanpa sepatah balasan kata. Jauh menenggelamkan wajahnya pada dada laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
8 LETTERS | Chenle-Ningning
Teen FictionSMA punya banyak kenangan dan cerita menarik bagiku. Masa dimana aku mengenal dewasa dan segala hal baru tentang dunia. Tentang cerita dengan banyak gelak tawa dan bahagia, beragam luka dan obatnya, obrolan tengah malam, juga akhir pekan yang menyen...