"Kenapa, ya, banyak banget yang ultah Februari?"Lontaran pertanyaan dari Jeli membuat Regan menoleh. Mendapati gadis itu sedang melihat-lihat banyaknya bentuk jepit rambut lucu yang digantung berjejer dengan rapi.
"Tiap hari juga kayaknya ada aja bayi lahir," sahut Regan.
Jeli melirik agak sinis. "Maksud gue di kelas kita. Gue sebagai admin akun kelas, jelas hafal dan nyiapin banyak editan buat ultah anak IPS 3 bulan ini. Bentar lagi Faye ultah, tanggal 20 ada Davy sama Ibna yang ulang tahunnya bareng, si Febio juga tanggal berapa tuh gue lupa, dan lo juga akhir bulan ini, kan?"
Menyadari itu, Regan menggumam setuju. Baru ingat dengan satu fakta yang Jeli beberkan.
"Davy udah nggak jadi anak IPS 3 lagi btw," balas laki-laki itu sebelum melenggang mendekati sebuah rak berisi deretan jam weker analog berbentuk unik.
Jeli mendesah tersadar. Menepuk pelan keningnya sendiri. "Ah iya! Duh, jadi sedih lagi gue..."
Terkadang, fakta tentang kepindahan Davy menjadi sesulit itu disadari. Terutama bagi Jeli, Regan, juga 3 teman dekatnya yang lain. Padahal Davy baru resmi pindah kemarin. Benar-benar baru 2 hari terlewati tanpa kehadiran seorang Askarava Davy Gatra di Astronesia, tapi Jeli dan kawan-kawan sudah merindukan sosok laki-laki itu lagi.
Memilih urung dari niatan membeli jepit rambut, pada akhirnya Jeli melangkah menghampiri Regan. "Dia ikut kan nanti ke ultah Faye? Virtual?"
Si lawan bicara terlihat merotasikan bola mata jengah. Tubuhnya berbalik menghadap Jeli. Membuat gadis berponi itu kontan mendongak demi bisa balik membalas kontak mata Regan.
"Ini nih, manusia-manusia yang gampang lupa sama pembahasan di grup." Regan menyentil dahi gadis setinggi dagunya itu sebagai ungkapan rasa kesal.
Jeli mengaduh pelan. Tidak kedapatan menyuarakan protes sebab Regan lebih dulu membungkamnya dengan satu lagi kalimat penjelas.
"Davy udah bilang nggak bisa ikut, Sayangku. Gue jewer juga kuping lo sampe selebar dunia ini!"
"Lah? Kenapa?"
Regan melengos. Berjalan ke arah tempat kasir.
Jeli di belakangnya segera menyusul. Tepat di saat langkahnya berhasil mengiringi Regan, gadis itu baru bisa mengingat perkataan Davy tadi malam. "Oh iya! Gue baru inget. Sorry, you know~ kepala gue kalo nggak penuh ya kosong."
"Jangan kebanyakan stress makanya. Ntar pikun muda."
"Emang iya?"
"Nggak tau, sih. Gue ngarang."
"Cih!"
"Udah! Lo nemu belum kadonya? Kita ini masih harus kesana-kemari, Jel. Belum lagi lo harus bantu gue bikin sebuah mahakarya." Regan menaruh keranjang belanjaan ke meja kasir dengan sedikit kesal. Membuat seorang wanita di seberang mereka terkesiap kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
8 LETTERS | Chenle-Ningning
Teen FictionSMA punya banyak kenangan dan cerita menarik bagiku. Masa dimana aku mengenal dewasa dan segala hal baru tentang dunia. Tentang cerita dengan banyak gelak tawa dan bahagia, beragam luka dan obatnya, obrolan tengah malam, juga akhir pekan yang menyen...