Tidak terasa, Januari berakhir begitu saja.
Kebanyakan orang bilang, dunia sudah semakin tua. Pun dengan waktu yang berjalan lebih cepat. Semua itu terasa melelahkan karena Jeli benar-benar menghabiskan hari-hari selama suasana tahun baru ini dengan kegiatan rutinnya yang ternyata cukup menyibukkan.
Semuanya masih sama. Tiap Minggu yang Jeli punya bagai memiliki pola berulangnya sendiri. Les sana sini, menyelesaikan kuis dan banyak soal-soal, latihan taekwondo, dan kegiatan lain yang pastinya menguras energi dan pikiran.
Meski sudah ditambah dengan waktu bermainnya dengan teman-teman yang semakin tak ada habisnya, Jeli bahkan masih menyempatkan diri dengan mengisi sisa waktu luang dengan mengunjungi Eno.
Memikirkan semua itu, Jeli tertawa dalam hati. Lama kelamaan, ia mungkin hampir tak ada bedanya dengan Kala, si ketos aktif yang cukup hebat menangani rutinitas membeludaknya.
Lamunan Jeli merenungkan dirinya sendiri yang sepertinya butuh lebih banyak istirahat setelah ini, terjeda ketika bel pulang sekolah berbunyi. Gadis itu mengumpulkan fokusnya lagi, sementara kelasnya langsung riuh seketika. Semua orang tak terkecuali dirinya segera memasukkan barang bawaan ke dalam tas branded masing-masing.
"Jel, gue duluan. Mami udah nunggu di depan."
Ketika menengok, Jeli menemukan teman sebangkunya berdiri. Dengan ransel di bahu yang selesai dipakainya, Diphy berkata lagi, "Lo pulang sama siapa?"
Siang tadi, Diphy sempat bercerita bahwa hari ini sang ibu sedang tak punya jadwal apa-apa, jadilah wanita itu mengambil waktu untuk menjemput putri semata wayangnya.
"Kala."
Diphy mengangguk, lantas bergegas melangkah ke luar kelas setelah mengucap pamit sekali lagi.
Jeli segera membereskan meja lebih cepat. Ruang kelas sudah semakin sepi. Kawan-kawannya berlalu lebih dulu karena berbagai alasan pribadi yang bagaikan sedang mengejar mereka habis-habisan. Jadwal les, urusan ekstrakurikuler, acara keluarga, rapat organisasi, hingga mungkin agenda kencan pertama.
Sepulang sekolah ini, harusnya Jeli dan Diphy juga ikut bersama yang lain untuk membeli keperluan piknik mereka esok hari. Piknik kali ini mungkin akan jadi kenangan terakhir mereka bersama Davy yang tak lama lagi resmi pindah sekolah. Sebab itu Jeli cukup menyayangkan ketidaksertaannya meski hanya berbelanja.
Belajar dari pengalaman yang mana ketika liburan semester lalu mereka kewalahan sebab serba mendadak menyiapkan segala hal, di piknik kali ini Jeli dan kawan-kawan sudah lebih dulu merencanakannya matang-matang. Agar keesokan harinya hanya dihabiskan dengan list kegiatan yang sudah dipikirkan.
Jeli dan Diphy yang tidak bisa ikut berbelanja karena punya kesibukan lain yang tidak bisa dilewatkan, menyerahkan urusan berbelanja pada Adis, Faye, Regan, dan Davy sendiri.
Selesai mengemas, Jeli beranjak. Ia memiliki jadwal les sore ini, sedangkan Diphy berkata punya pertemuan penting bersama keluarga besarnya.
Sebelum benar-benar meninggalkan kelas, Jeli mengambil kembali ponsel yang sempat dikantongi. Merasakan ponsel bergetar singkat dari sebuah pesan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
8 LETTERS | Chenle-Ningning
Teen FictionSMA punya banyak kenangan dan cerita menarik bagiku. Masa dimana aku mengenal dewasa dan segala hal baru tentang dunia. Tentang cerita dengan banyak gelak tawa dan bahagia, beragam luka dan obatnya, obrolan tengah malam, juga akhir pekan yang menyen...