Seperti yang sudah diketahui, Alan hanya murid biasa yang tidak banyak orang tahu. Tipikal murid yang selalu cari aman. Pendiam tapi tidak sampai dikucilkan. Tidak juga termasuk jajaran murid aktif yang suka menjawab kuis dadakan.
Bahkan mungkin kehadirannya di kelas saja tidak akan mudah disadari karena dia memang tidak melakukan hal menarik apapun.
Selama menginjak bangku sekolah, Alan sama sekali tidak pernah mencari masalah atau melakukan kenakalan seperti remaja laki-laki kebanyakan, apalagi membuat gaduh hingga masuk ruang BK lalu dihadiahi hukuman yang sudah ditetapkan.
Alan benar-benar seorang siswa yang jika kesehariannya diulas, maka hanya akan terdapat bosan di dalamnya.
Segalanya berjalan lurus persis seperti itu setidaknya sampai seorang gadis bernama Jeli masuk sesuka hati ke dalam hidupnya.
Dari mulai dirinya yang senantiasa membantu berkedok kemanusiaan, sampai sekarang ke tahap yang bisa dibilang cukup merugikan pihak lain dan bahkan dirinya sendiri sebab ia baru saja menonjok salah satu teman kelasnya.
Dan alasan utamanya tentu karena Jeli lagi.
"Alasan tidak sengaja itu tidak masuk akal, Akalanka. Murid lain sudah jelas-jelas memberi kesaksian bahwa kamu secara tiba-tiba memukul Gev yang sedang mengobrol di bangkunya sampai terluka."
"Maaf, Pak."
Alan sejujurnya sudah geram ingin menjelaskan kronologi lengkapnya. Ia sudah muak diberi banyak wejangan sementara Gev yang juga melempar satu bogeman keras di rahangnya, hanya berlakon bak korban paling tersiksa hidupnya.
Tidak seperti Alan yang kena poin pelanggaran sampai harus merelakan uang jajannya hari ini habis tak tersisa untuk bayar denda (karena dia tidak mau mendapat hukuman scors tiga hari) Gev, anak semata wayang pasangan guru dan aktor kenamaan itu justru bersih dari segala poin pelanggaran.
Alan sudah terlalu malas untuk menerangkan bahwa dirinya seperti ini juga karena Gev yang dengan seenaknya sengaja menyalahkan banyak jawaban di kertas ulangan matematika milik Jeli. Bagaimanapun juga, tindakan Gev tidak bisa dibenarkan.
Seusai dirinya puas membuat sudut bibir Gev setidaknya robek dan terluka, sebelum namanya dipanggil untuk segera datang ke ruang BK, Alan sempat menemui Bu Bona. Memberi kesaksian sekali lagi tentang dia yang mendengar dari mulut Gev sendiri, bahwa anak itu yang mengoreksi kertas ulangan milik Jeli.
"Saya tidak tahu apakah putra Ibu sudah mengakui kesalahannya atau belum, terserah Ibu mau memberi dia hukuman atau tidak atas hal itu, tapi saya cuma mau nilai ulangan Hazellia dibenarkan," kata Alan sebelum izin undur diri dari hadapan Bu Bona beberapa menit yang lalu.
Dengan alasan dan penuturan macam apapun, Alan sudah menduga sejak awal bahwa akhirnya hanya tetap Gev yang menang.
Alan masih bisa menerima jika Gev juga membayar denda. Tapi di sini, guru-guru tidak membahas Gev yang ikut memukulnya juga padahal siswa lain tidak lupa membeberkan bagian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
8 LETTERS | Chenle-Ningning
Teen FictionSMA punya banyak kenangan dan cerita menarik bagiku. Masa dimana aku mengenal dewasa dan segala hal baru tentang dunia. Tentang cerita dengan banyak gelak tawa dan bahagia, beragam luka dan obatnya, obrolan tengah malam, juga akhir pekan yang menyen...