18. Tragedi Minggu Pertama

73 12 0
                                    

"Tadi pagi lo dianter Om Aga?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tadi pagi lo dianter Om Aga?"

Alan melirik Marvel dari ujung mata. Kegiatan mengikat tali sepatu ia selesaikan lebih dulu sebelum menegakkan duduk dan menjawab, "Nggak."

"Lah? Gue liat lo keluar dari mobil item tadi. Sama siapa?"

"Temen. SMA sebelah."

"Sejak kapan lo punya temen?"

Ini adalah bagian dimana Alan ingin sekali menggeplak kepala Marvel dengan sesuatu. Marvel masih terus se-terkejut itu ketika tahu Alan punya teman selain dirinya.

Padahal, sebelum SMA, Alan jelas pernah SD dan SMP. Meski temannya memang tak sebanyak itu, ada beberapa yang masih tukar kabar hingga kini. Yang paling dekat hanya Gama, teman baiknya masa SMP.

Memilih untuk abai dengan Marvel, Alan beranjak dari kursi mereka duduk. Latihan ekstra kurikuler atletik lari kali ini sudah rampung terlaksana. Sekarang waktunya pulang.

"Duluan aja. Gue mau ke gedung olahraga dulu." Marvel mengambil air minumnya sebelum ikut beranjak dari sana. Disebabkan dirinya juga mengikuti ekskul futsal, Marvel tak langsung pulang. Temannya di sana meminta Marvel untuk segera datang. Entah ada perlu apa.

Alan meresponnya dingin seperti biasa. Berlalu lebih dulu.

Sekolahnya sudah mulai sepi sore ini. Satu persatu murid yang memiliki kepentingan di ekskulnya masing-masing turut pergi meninggalkan area sekolah.

Mata Alan menangkap banyak situasi yang terjadi di sepanjang dirinya berjalan.

Manusia sekelilingnya tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Kebanyakan murid keluar dari gedung olahraga. Menenteng barang bawaan. Berlomba keluar lebih dulu dari yang lain.  Entah karena punya jadwal lain yang harus dikejar atau memang sudah ingin cepat sampai rumah dan lapar ingin makan enak dengan tenang.

Beberapa siswa menelepon seseorang untuk segera datang menjemput. Alan tebak, itu supir pribadi mereka. Ketika melewati ruang guru pun, terlihat beberapa guru bersiap merapikan meja sebelum pulang.

Ada juga yang pulang bergerombol dan masih saling lempar gurau. Membahas rencana akhir pekan, tempat wisata terbaru, dan hal seru lain yang membuat Alan hanya bisa berpikir mengapa hidup orang-orang bisa penuh dengan banyak cerita dan pengalaman baru di dalamnya.

Laki-laki yang kini memakai kaos hitam dan celana olahraga itu menendang satu batu kecil yang menurutnya mengganggu pemandangan.

8 LETTERS | Chenle-NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang