"Thanks."
Seseorang tiba-tiba datang seraya menyodorkan sebuah botol minum pada Alan yang semula sedang fokus dengan gadgetnya. Ia lantas mengalihkan pandang untuk melihat si pemilik tangan.
Ah, gadis ini lagi.
Orang yang Alan temui di UKS kemarin lusa.
Waktu itu, sekolah sepi karena bel pulang sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu. Kebanyakan murid sudah melenggang pergi dari sekolah, sisa beberapa yang masih seliweran karena mungkin sedang punya keperluan lain.
Alan memang tidak punya keperluan apa-apa seperti mereka, tapi dia kerapnya sengaja pulang lambat.
Dan di hari itu, Alan melihat gadis ini meringkuk di depan pintu UKS sendirian.
Tas warna coklat muda tergeletak asal di sampingnya. Dia menundukkan kepala hingga rambut panjangnya terurai berantakan sembari memeluk kedua kakinya seperti orang kedinginan.
Dari penampilannya saja, manusia normal yang melihat ini sudah pasti akan mengira gadis itu dedemit penunggu UKS.
Saat jaraknya terpaut sekitar lima langkah kaki lagi, kedua telinga Alan menangkap sebuah gumaman dari sana. Kedengarannya seperti sedang bermonolog, atau mungkin menghafalkan sesuatu.
Ketika itu, Alan sedang berencana mengambil barang yang ia rasa tertinggal di UKS.
Karena bukan tipikal orang yang mudah penasaran, dan dia memang tidak tertarik menghampiri sama sekali, Alan hanya melewatinya. Seolah tidak ada hal aneh yang terjadi. Kalau-kalau dia memang makhluk halus sungguhan atau bahkan hanya murid biasa yang sedang malas pulang, Alan tetap enggan acuh.
Tepat ketika langkah Alan persis di depannya, gadis itu buru-buru bangkit dan segera mencekal tas hitam milik Alan. Menahannya sesaat.
Sedetik, Alan terkesiap. Laki-laki itu segera membalikkan badan menghadap sang pelaku yang sedikit dengan brutal menahan langkahnya.
Mata Alan menyipit. Terhitung sudah dua semester Alan bersekolah di sini, belum pernah ia temukan wajah gadis berpipi chubby di depannya.
Awalnya, Alan mengira orang di hadapannya ini adalah sosok hantu yang menyamar menjadi siswi di sekolahnya, sebelum satu kalimat yang keluar dari mulut gadis berponi itu dirasa cukup untuk membantah kecurigaan Alan.
"Permisi... Lo ada minum? Gue haus banget udah dari tiga jam yang lalu."
Tentu saja Alan kebingungan. Ia sempat tidak bergerak selama beberapa detik. Setelah sadar saat melihat betapa keringnya bibir gadis itu, Alan segera mengambil air mineral di dalam tas yang kebetulan belum ia minum sama sekali. Orang asing atau bukan, harus tetap membantu jika dirasa mampu.
"Makasih, gue ganti besok, ya." Sementara gadis itu meminum air mineral pemberiannya, Alan melangkah menuju UKS.
Tangannya memutar kunci pintu, membukanya perlahan lalu berjalan masuk ke dalam ruangan serba putih itu. Alan melacak pandangannya mencari barang yang 100% ia yakin tertinggal di sini. Entah ada di sudut bagian mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
8 LETTERS | Chenle-Ningning
Teen FictionSMA punya banyak kenangan dan cerita menarik bagiku. Masa dimana aku mengenal dewasa dan segala hal baru tentang dunia. Tentang cerita dengan banyak gelak tawa dan bahagia, beragam luka dan obatnya, obrolan tengah malam, juga akhir pekan yang menyen...