[flashback;
Marvel sepulang dari rumah Alan kemarin]Terakhir kali Marvel mendapati Diphy termenung ditemani sebatang rokok yang terapit di jari lentiknya, adalah mungkin sudah nyaris setahun lalu.
Setelah hubungan mereka tak berlanjut, Diphy masih sesekali memakainya diam-diam dan Marvel saja yang tak kedapatan memergokinya.
Lalu kini, Marvel menemukan gadis itu persis sedang melamun dan merokok lagi di sebuah jembatan penyebrangan yang sepi. Entah karena sudah lewat tengah hari dan orang-orang mulai kembali terfokus lagi pada hidup mereka, setidaknya Marvel bisa menghela napas lega karena pemandangan Diphy merokok hanya bisa disaksikan olehnya. Gadis itu tidak harus mendapat lirikan aneh orang lain yang melintas di sana.
"Pak, liat anaknya ngerokok nih, Pak. Udah ditegor masih bandel. Antara dia nih anggota paguyuban Ora Udud Paru-paru Ora Smile atau mungkin emang gabut aja lagi pdkt sama penyakit, nggak tau juga saya, Pak."
Diphy yang lamunannya dibuyarkan total oleh suara itu sempat terkinjat kaget.
"Bapak lo nonton, Dip," peringat Marvel lagi.
"Gimana bisa lo tau gue di sini?"
"Gue ramal."
"Musyrik."
Sementara Diphy merespon dingin dan ketus seperti sebelum-sebelumnya, Marvel justru menarik garis bibir penuh bahagia.
Gadis di depannya, masih Diphyleia Arumi.
"Lagi mikul karung beban segede apa sampe ngerokok lagi?"
Pertanyaan Marvel kontan membuat Diphy membuang muka. "Segede bagong."
Sebetulnya, untuk ukuran mantan pacar keduanya tidaklah menjadi sejauh itu. Marvel dan Diphy berada di satu sekolah dengan jurusan yang sama. Banyak kesempatan untuk dua orang itu saling bertemu di sudut mana saja. Dan Marvel sudah jelas adalah yang selalu sengaja mencipta pertemuan-pertemuan itu agar kehadirannya bisa dilirik Diphy berulang kali.
"Bagong apaan?"
"Lo."
"Bentar, searching dulu."
Namun belum sempat Marvel merogoh saku jaket untuk mengambil ponsel, gelak tawa seseorang dari belakang tubuhnya menarik perhatian Marvel dan Diphy bersamaan.
Gama mendekat dan berdiri tepat di samping Diphy dengan angkuh. Satu alisnya diangkat seraya memandang remeh lawan bicara--Marvel, yang laki-laki itu tahu Diphy pernah menjalin hubungan singkat dengannya.
"Lo lucu banget, ya, ternyata. Nggak capek, tuh, ngemis-ngemis ke Diphy segitunya?" Gama buka suara.
"Heh lo juga kenapa bisa ada di sini? Ganggu banget jadi orang kenapa, sih?!" Diphy menoleh dan bertanya sensi.
KAMU SEDANG MEMBACA
8 LETTERS | Chenle-Ningning
Teen FictionSMA punya banyak kenangan dan cerita menarik bagiku. Masa dimana aku mengenal dewasa dan segala hal baru tentang dunia. Tentang cerita dengan banyak gelak tawa dan bahagia, beragam luka dan obatnya, obrolan tengah malam, juga akhir pekan yang menyen...