17. Alasan Mengapa

73 16 1
                                    

"Jel!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jel!"

Seruan itu membuat Alan dan Jeli kompak menoleh.

Diphyleia Arumi muncul dari salah satu belokan tak jauh dari mereka berdiri sekarang. Ia yang baru saja menuruni tangga dari lantai atas perpustakaan, mendengar suara orang bercakap-cakap hingga saling berseru.

Sampai ia melihat sahabatnya seperti sedang bersitegang dengan seorang laki-laki di ujung koridor perpustakaan, Diphy dengan segera berlari kecil menghampiri.

"Gue denger lo teriak dari atas. Ada masalah apa?" Diphy segera mengajukan pertanyaan pada Jeli ketika ia sampai di ujung koridor.

Tapi Jeli menggeleng singkat. Tidak ada niatan menceritakan lebih lanjut karena merasa itu bukan hal serius.

Diphy memperhatikan raut wajah sahabatnya. Helaan napas Jeli sedikit tak beraturan. Ia seperti marah tapi juga muram. Tak seperti beberapa menit yang lalu ketika di kelas mereka sempat bertemu.

Diphy mengambil kesimpulan sendiri bahwa Alan adalah penyebab dari itu.

"Gue tanya baik-baik, lo apain temen gue? Jangan pikir gue nggak denger suara lo dari tangga waktu lo bentak dia, ya, Lan. Abis ngapain lo, hah?!" Diphy melempar tatapan tajamnya pada Alan. Terpaksa mendongak sebab tinggi Alan tak jauh beda dengan mantan kekasihnya.

Alan enggan membuka mulut. Ia justru hanya memfokuskan pandangan pada Jeli. Menunggu balasan dari pemintaan maafnya yang belum sedetikpun digubris gadis itu.

"WOI!--" Gadis dengan potongan rambut pendeknya itu mendorong tubuh Alan dengan satu tangannya. Meski sebenarnya tak berarti apa-apa karena Alan tak bergerak sama sekali.

"Nggak ada apa-apa, Dip. Btw tumben lo ke perpus pagi-pagi gini. Jadi ke kantin nggak tadi?"

Diphy menatap dua orang di hadapannya bergantian. Tanpa pamit dan basa-basi apapun, sebab dirinya juga lelah menghadapi Alan yang justru membuat amarahnya semakin menggebu, Diphy akhirnya menarik Jeli untuk berniat membawanya kembali ke kelas.

Tapi Alan dengan cepat mencekal pergelangan tangan Jeli ketika gadis itu hampir diseret Diphy menjauh dari sana. Terlalu kasar.

"Bukan itu maksud gue. Maaf... dengerin gue sekali ini aja." Laki-laki itu memohon.

Jeli yang tersentak, mengadu kesakitan. Alan buru-buru melepaskan. Benar-benar tidak sadar dengan itu.

Gadis itu melempar tatap heran pada awalnya. Hingga kemudian sadar dengan sorot mata gelap laki-laki itu. Tatap yang entah mengapa terasa sedalam dasar lautan yang sudah nyaris mati. Jeli bergeming dibuatnya.

8 LETTERS | Chenle-NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang