Kenyataannya, Gigi memang tidak sekuat itu. Kakaknya bilang, Gigi terlalu lemah untuk semua hal yang terjadi. Bunda bilang, Gigi harusnya bisa sampai di versi jauh lebih baik dibanding Jeli. Ayah bilang, ia percaya Gigi akan jadi sehebat Bunda. Yang patut dilakukan bungsu keluarga Wiratama itu hanya cukup menurut dan mengikuti arahan yang ditetapkan.
Sayangnya, Gigi hadir di lingkup pertemanan yang cukup banyak membentuk karakternya menjadi berani menentang apapun yang tidak disukai. Ia tidak mau seperti sang kakak yang terlalu patuh dengan tiap ucapan yang dikehendaki orang tua mereka.
Jadi setelah Bunda menyelesaikan deretan kalimat omelannya melalui sambungan video call, Gigi dengan berani menyampaikan pembelaan-pembelaan yang sudah tersusun di kepalanya.
Jika kakaknya ada di posisi ini, Gigi yakin Jeli tidak akan menyiapkan bantahan apa-apa alias berujung menelan susah payah semua amukan yang menyerangnya.
"Aku keluar hari itu sama Keno, Bun. Kita belajar bareng." Gigi menjelaskan sekali lagi. Sejak tadi, Bunda terus saja menceramahi Gigi tanpa henti. Kalimat ini adalah kali kedua dari balasan yang Gigi beri.
Di balik layar, wanita berpakaian formal itu memandang serius pada anaknya. "Jauh lebih baik kamu belajar dengan seorang guru sungguhan."
"Tapi aku nggak suka. Kenapa Bunda tetep manggil dia buat jadi guru les aku? Aku bisa belajar sendiri."
"Kalau begitu, buktikan! Jangan justru mengecewakan dengan peringkat yang menurun. Kakakmu sudah bilang belum tentang pekerjaan Bunda dan Ayah yang semakin menyita waktu? Tolong mengerti, Gienka. Kamu bisa panggil kakakmu kapanpun itu kalau butuh." Kinandita menghela napas lelah. Dia baru saja mendapat waktu istirahat setelah seharian membantu sang suami mondar-mandir ke berbagai lokasi.
"Bunda yang nggak ngertiin aku!" Gigi berseru kencang dengan dada naik turun. Ia mematikan sambungan itu begitu saja lalu melempar ponselnya di tempat tidur. Beranjak keluar kamar.
Ketika melewati ruang tengah di lantai dasar, Gigi menemukan Jeli dengan wajah bahagianya asyik bermain dengan Penelope. Hewan menggemaskan dengan ukuran super besar itu entah mengapa mendadak datang menghampiri Gigi. Namun karena suasana hatinya sedang tak cukup baik, Gigi mengabaikan Penelope yang malah mengekor di belakang langkahnya.
Bocah perempuan itu berdecak. Ia yang sedikit kesal dengan itu lantas berbalik badan hanya untuk berseru, "Kucing lo ambil, kek! Ganggu!"
Jeli di tempatnya melirik aneh. Penelope bahkan kembali datang pada majikannya lagi sebab terkejut dengan suara lantang itu.
Lagi kenapa deh tu orang?
KAMU SEDANG MEMBACA
8 LETTERS | Chenle-Ningning
Teen FictionSMA punya banyak kenangan dan cerita menarik bagiku. Masa dimana aku mengenal dewasa dan segala hal baru tentang dunia. Tentang cerita dengan banyak gelak tawa dan bahagia, beragam luka dan obatnya, obrolan tengah malam, juga akhir pekan yang menyen...