Belum sempat Alan menuntut penjelasan lagi, tiba-tiba ia mendengar dering telepon berbunyi dari kamarnya. Laki-laki itu segera bergegas, meninggalkan Jeli seorang diri.
Ketika sampai, Alan langsung menemukan keberadaan ponselnya di tempat tidur dan lantas mengambilnya.
"Iya, Tan?"
Di balik telepon, Tante Yasmeen menjelaskan panjang lebar tentang dirinya dan sang suami yang sedang berada di D'RestO untuk meninjau tempat itu sebelum resmi beroperasi kembali. Alan mendengarkan dengan seksama seraya mematri langkah menuju dapur. Tante Yasmeen menyuruhnya untuk menyusul dua jam lagi.
"Tante inget Jeli? Dia lagi ada di sini. Masuk bahkan foto-foto Alan tanpa izin," lapor remaja laki-laki itu usai Tante Yasmeen selesai bicara.
Terdengar, Tante Yasmeen justru meloloskan tawa ringan. Alan kontan mendengus samar dibarengi kerutan di kening, kesal dengan penuturan wanita itu setelahnya.
"Nanti kamu ke sini sama Jeli, ya, Lan. Tapi pakai mobil Om Aga saja, mobil kamu sudah dibawa Marvel."
Alan hendak menyela, tapi suara Marvel yang ikut masuk samar-samar dari telepon mengurungkan niatnya berucap.
"Asiikk berduaan~!!"
"Siang ini kita makan di luar saja, ya? Setelah kamu selesai melihat-lihat D'RestO lagi, kita cari tempat makan terdekat," usul Tante Yasmeen, sengaja mencari alibi agar Alan tidak curiga dengan kejutan ulang tahunnya di D'RestO.
"Kenapa Jeli?" tanya Alan dengan nada agak sensi. Maksud laki-laki itu hanya, apa pentingnya mengundang Jeli ke rencana makan siang biasa seperti ini? Kehadiran Marvel saja sudah cukup dijadikan badut acara, ditambah Jeli, apa jadinya hari ini Alan lewati?
"Loh memangnya kenapa? Bukannya kamu suka sama dia?"
"Suka apa, sih, Tan." Alan buru-buru mengelak. "Tante jangan kemakan omongan Marvel."
"Ah, kamu ini pake malu-malu segala!" goda sang Tante.
Alan hanya berakhir menghela napas. "Yaudah Alan mau mandi dulu kalo gitu. Oh iya, jalan ke D'RestO lagi rame nggak, ya, jam segini?"
"RAME BANGET WOYY, LANN! Tapi belum sampe macet sih tadi, nggak tau kalo sekarang."
"Marvel bilang--"
"Alan denger, Tan. Suara dia nembus layar."
"Ahaha kamu ini! Ya sudah, kamu coba lewat jalan lain saja. Takutnya malah kejebak macet, kamu nggak suka, kan? Tapi bawa mobilnya hati-hati ya, Sayang."
"Iya."
"Tante tutup teleponnya."
Sambungan itu selesai sampai sana. Alan menyimpan ponselnya di saku celana dan mendekat ke arah meja makan. Tangannya menarik satu kursi paling tepi untuk kemudian ia duduki.
KAMU SEDANG MEMBACA
8 LETTERS | Chenle-Ningning
Teen FictionSMA punya banyak kenangan dan cerita menarik bagiku. Masa dimana aku mengenal dewasa dan segala hal baru tentang dunia. Tentang cerita dengan banyak gelak tawa dan bahagia, beragam luka dan obatnya, obrolan tengah malam, juga akhir pekan yang menyen...