Tepat setelah berakhirnya sambungan telepon dengan Jeli, Alan langsung menghubungi Gama untuk ia ajak bertemu. Namun sekali lagi, semesta agaknya memang sedang tak berpihak pada Alan hari ini.
"Anjing."
Pesan baru yang Gama kirim spontan membuat Alan kelepasan mengumpat.
Posisinya sekarang Alan baru saja berhasil menyalakan kembali ponselnya setelah lowbat parah sejak setengah jam lalu. Hujan deras dari jam 6 sampai 8 malam kini sudah reda total, dan selama itu pula, Alan berada di sebuah kedai sate pinggir jalan--menumpang berteduh, isi ulang daya hp, dan tentunya makan.
Sudah ada banyak hal yang perlu Alan tuntut penjelasannya hingga Alan merelakan waktu untuk menunggu sahabat lamanya itu berjam-jam sampai terjebak hujan.
Gama bilang, dia sedang punya kegiatan lain dan akan segera menyelesaikannya. Tapi bahkan setelah Alan sudi tidak pulang ke rumah dulu selepas mengunjungi Marvel dan sempat nongkrong di warung Eno 3 jam lalu, Gama malah mendadak memberi pesan demikian. Jelas, Alan mana bisa tetap sabar diperlakukan begitu.
Saking gusarnya menanti kedatangan Gama, Alan tak sempat menanggapi pesan maupun panggilan telepon dari Tante Yasmeen dan Jeli yang mencarinya.
Isi kepala Alan selama itu hanya penuh oleh kata-kata Marvel dan situasi yang kini sudah berhasil Alan pahami. Berkat Jeli, Alan sepenuhnya mengerti dibalik perubahan sikap Marvel yang mendadak aneh padanya. Alan belum merasa bisa membahas hal ini pada Jeli karena pikirnya permasalahan itu adalah hanya antara dia dan Marvel. Jeli cukup mendengarnya nanti ketika sudah tak serunyam ini.
Ujungnya, tidak ada yang bisa Alan lakukan selain menghela napas panjang dan kembali mematikan layar ponsel. Daksanya lantas beranjak dari kedai tersebut untuk ia bawa pulang.
Alan sudah tidak memiliki energi untuk menyikapi bagaimana geramnya ia pada Gama.
Entah apa yang Gama katakan pada Marvel ketika keduanya bertemu, Alan kesulitan memperkirakan kemungkinan yang terjadi perihal akar permasalahan mereka.
Semuanya merambat kemana-mana padahal fokus utamanya berawal dari Marvel yang berada di tengah-tengah Gama dan Diphy. Alan tidak akan pernah tahu bahwa kalimat sederhana Gama cukup parah menghipnotis pemikiran Marvel yang sebelumnya pun tidak pernah mengira betapa menyedihkannya ia. Membuat Marvel hanya bisa menatap miris pada dirinya sendiri, untuk kemudian betulan berpikir dia didekati atas alasan dikasihani.
KAMU SEDANG MEMBACA
8 LETTERS | Chenle-Ningning
Teen FictionSMA punya banyak kenangan dan cerita menarik bagiku. Masa dimana aku mengenal dewasa dan segala hal baru tentang dunia. Tentang cerita dengan banyak gelak tawa dan bahagia, beragam luka dan obatnya, obrolan tengah malam, juga akhir pekan yang menyen...