13. Sesederhana Apa Jatuh Cinta?

78 14 3
                                    

"Hei,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei,"

Suara pintu kamar mewah Diphyleia Arumi yang dibuka menyadarkan gadis itu. Lamunannya buyar. Lewat cermin di depannya, hal yang pertama Diphy lihat setelah membuka mata adalah senyum lebar milik kekasihnya, Damas Naurel Gamaliel.

"Apa gue ngizinin lo masuk, sebelumnya?" Dari nada bicara gadis berambut pendek ini, siapapun bisa sadar dengan ketidaksukaan Diphy dengan kehadiran laki-laki itu. Diphy memang seringkali seperti itu dan akan jauh lebih kasar jika dihadapkan dengan pacarnya sendiri.

Gama memandang remeh. "Perlu?"

"Jelas." Tatapannya menusuk. Alisnya nyaris bertaut. Sungguh, Diphy teramat membenci orang ini.

Tak acuh dengan itu, Gama menaruh barang bawaannya ke tempat tidur Diphy. Dua paperbag, satu darinya, satu lagi titipan dari sang ibu. Di tangannya pula Gama membawa satu buket bunga kesukaan Diphy.

"Babe--" laki-laki itu berjalan mendekat.

"Berhenti ikut campur, dan gue nggak butuh semua yang lo kasih."

"Tapi aku tau kamu suka bunga--"

"Gue NGGAK suka bunga! Gue benci skateboard. Gue kedinginan pake rok pendek. Jadi, stop bertingkah seakan lo tau semua hal tentang gue."

Dua langkah di belakang tubuh gadis itu, Gama membeku. Nyaris setiap bertemu, Diphy selalu memberinya berbagai macam perkataan kasar. Yang satu ini, termasuk biasa saja. Tapi Gama, tetap merasa sama sesaknya.

Diphy memang bukan perempuan lembut yang sikapnya manis setiap saat. Gama paham betul pacarnya ini bukan si manja yang perlu penjagaan dan pengawasan lebih. Diphy tidak haus perhatian karena dia tahu cara menyayangi dirinya sendiri lebih dari siapapun.

Meski begitu, Gama tahu Diphy sebenarnya juga ingin diperhatikan. Diphy ingin punya support sistem serta kehangatan yang tidak pernah Diphy dapatkan sebelumnya.

Dan orang itu sudah jelas bukan Gama.

Yang Diphy harapkan kehadirannya hanya laki-laki bodoh dan ceroboh di sekolahnya yang tidak pernah gagal mencipta bahagia di tiap hari yang Diphy punya.

"Stop jadi orang lain yang bukan diri lo sendiri."

Lo bukan Marvel Lokananta.

Sekeras apapun Gama mencoba untuk bisa jadi se-perhatian Marvel, se-manis laki-laki itu, Gama tidak akan bisa jadi Marvel lain yang Diphy butuhkan. Sebab mereka berdua tidaklah sama. Sebab Marvel hanya Marvel.

8 LETTERS | Chenle-NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang