"Disaat aku melihatmu terpuruk,
Entah mengapa aku sangat cemas
Hingga akhirnya aku menyadari
Bahwa aku bukanlah siapa-siapa
Dihidupmu"FREYA ZANITHA
Pagi pun telah tiba dan matahari sangat terik untuk menyinari gelapnya bumi, namun hal tersebut tak membuat seorang gadis yang ada di kamarnya membuka kelopak matanya.
Hingga akhirnya terdapat suara yang sangat membahana yang mengakibatkan Freya segera membuka kelopak matanya membulat dengan sempurna.
"Bun, apaan sih kagetin Freya aja deh!" kesal Freya sambil mengucek matanya dengan pelan.
"Jam berapa sekarang hah!" kesal Bunda Freya dengan menarik selimut yang anaknya gunakan.
"Kan hari ini libur Bun" jawab Freya dengan malas.
"Anak gadis gak boleh kaya gitu, oh ya itu di bawah ada yang nyari kamu dari tadi" senyum Bunda Freya dengan melangkahkan kakinya untuk melenggang pergi dari sana.
"Siapa coba yang nyariin gue, masa si Ara" bingung Freya dengan mengetukkan jarinya di jidat miliknya seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.
Lantas Freya pun meregangkan otot lengannya dan sesekali menguap serta memulihkan nyawanya yang belum terkumpul dengan sempurna.
Tanpa berlama-lama lagi, ia pun segera melenggang pergi dari sana dan melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana dan menuruni anak tangga satu persatu dengan pelan.
Sesampainya Freya di ruang tamu miliknya, seketika matanya membulat dengan sempurna disaat ia melihat beberapa pria yang sedang duduk di sofa empuk dan menyeruput teh hangat.
"Kak, kalian ngapain kesini?" beo Freya.
"Kami butuh bantuan elu Frey" cemas Devano dengan menatap mata Freya.
"Bantuan apaan?" bingung Freya.
"Jadi semalam, Pak Bos kagak keluar-keluar dari kamarnya, bahkan sampai sekarang dia kagak makan Frey, jadi kami butuh bantuan elu buat masuk ke kamarnya dan tenangin dia" serius Agam dengan menyatukan tangannya bagai seorang manusia yang ingin memohon kepada seorang dewi.
"Kok gue sih kan gue udah kagak ada hubungan apa-apa lagi sama dia!" kesana Freya.
"Kami tau kalau elu pada masih sayang kan satu sama lain, udah deh Frey elu coba aja emangnya elu kagak punya perikemantanan apa" jawab Agam dengan asal.
"Heh yang ada mah perikemanusiaan bego" kesal Galen dengan melipat kedua lengannya di depan dada.
"Yaudah deh gue coba" pasrah Freya dengan melangkahkan kakinya menuju rumah Bryan yang tak jauh dari sana.
🍁---🍁
Sesampainya Freya di depan pintu kamar milik Bryan, ia segera menghembuskan nafasnya secara berlahan dan menetralkan detak jantungnya yang berdetak tak beraturan.
Ketika ia membuka pintu kamar yang ada di hadapannya, satu kata yang menggambarkan situasi tersebut yaitu kacau.
Disaat Freya melihat sekeliling ruangan tersebut betapa tekejutnya ia melihat beberapa pecahan kaca yang menyebar di lantai serta barang-barang yang jatuh dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRYAN ALEXANDER
RomanceDulunya yang ku kenal hanyalah hitam, putih, dan abu-abu. Namun saat ini warna yang lebih indah datang dan menjadikan segalanya menjadi jauh lebih bermakna. Ketika aku mengenalmu, di situlah aku menyadari bahwa akan ada perubahan di setiap waktu...