"Sekesal apapun aku kepadamu
Entah mengapa aku tak sanggup
Tuk membencimu,
Karna bagaimanapun juga kau
Tetaplah pahlawan hidupku"BRYAN ALEXANDER
•
•
•
•
•Di malam yang begitu indah, terdapat seorang pria yang sedang melamun di teras rumahnya dengan kepalanya yang mengadah ke langit malam sambil memandang beberapa bintang yang nampak bertebaran di gelapnya langit malam.
Disaat pria tersebut ingin membangkitkan tubuhnya untuk pergi dari sana, seketika aktivitasnya terhenti disaat ia menemui ada seorang pria paruh baya yang menghampirinya dengan tatapan teduh.
"Bryan!" tegur pria paruh baya tersebut dengan melangkahkan kakinya menuju kursi yang berada di samping anaknya.
Bryan pun yang mendengarkan namanya di sebut, ia segera menoleh kesamping dengan wajah datarnya dan alisnya yang ia naikkan.
"Ayah mau bicara" tegas Tuan Alexander.
"Apa?" beo Bryan.
"Sampai kapan kamu seperti ini terus, saya ini Ayah kamu" ucap Tuan Alexander dengan menatap mata indah Bryan.
"Bukannya anda yang selalu memenghiraukan anaknya, bahkan anda tak pernah sekalipun bertanya tentang hal apapun yang menyangkut pautkan pada kehidupan kami" dingin Bryan.
"Bryan, Ayah tau kamu sampai saat ini masih membenci Ayah, tapi semenjak Bundamu pergi dari dunia ini, Ayah merasa bahwa gak ada seorang pun yang bisa menggantikan posisi Bunda kamu, namun bagaimana pun juga, Ayah tetap harus mengikhlaskan Bunda kamu dan menjalani hidup tanpanya, dan Ayah mengikhlaskan dia dengan cara selalu berkerja agar Ayah mampu menjalani hari tanpanya dan membuka lembaran hidup yang baru" lirih Tuan Alexander.
"Tapi Ayah kenapa gak pernah sekalipun ada di samping kami Yah, disaat kami kehilangan orang yang berharga dihidup kami, justru Ayah semakin menjauh" keluh Bryan dengan menjatuhkan air matanya yang dapat menetes di pipi.
"Maafkan Ayah mulai saat ini, Ayah selalu ada disamping kalian dan berbahagia seperti dulu lagi" jawab Tuan Alexander dengan menampilkan senyuman yang terbit di bibirnya.
"Iya Yah, Bryan juga minta maaf ya selama ini Bryan selalu marah dan egois" sesal Bryan dengan menundukkan kepalanya.
Lantas Bryan pun segera memeluk Ayahnya.
Bahagia, itulah yang ia rasakan saat ini, entah mengapa ia sangat merindukan situasi saat ini yang telah ia rasakan beberapa tahun yang lalu.
"Ayah boleh minta tolong sama kamu?" Tuan Alexander bertanya dengan nada pelannya.
"Apa Yah?" bingung Bryan.
"Ayah kan sebentar lagi akan lanjut usia, dan anak laki-laki Ayah satu-satunya adalah kamu, jadi Ayah ingin kamu meneruskan perusahaan yang telah Ayah bangun, dan kamu sebentar lagi lulus, Ayah harap kamu bisa melanjutkan kuliahmu di luar negeri".
"Tapi Yah, aku belum bisa jawab, karna aku harus bicarakan ini semua ke Freya" balas Bryan yang dibalas anggukkan dari pria paruh baya dihadapannya.
🍁---🍁
Di pagi yang indah, matahari telah memancarkan sinarnya dengan terik.
Dan saat ini ada seorang gadis yang sedang duduk di tepi danau dengan kepalanya yang menatap air tenang dengan memercikkan air hingga mengenai wajahnya.
"Kak Bryan kok gak ada ya?" Freya bertanya kepada dirinya sendiri.
Lantas ketika Freya ingin menghembuskan nafas panjang, tiba-tiba ada uluran tangan yang menutup kedua matanya dengan telapak tangan kekar seseorang yang berada dibelakangnya.
"Siapa sih ini buka gak?, kalau kagak elu gue hajar pake jurus dua ribu bayangan biar mampus!" kesal Freya dengan berusaha untuk melepaskan telapak tangan yang ada di wajahnya.
"Heh gak boleh ngomong kasar" nasihat Bryan dengan melepaskan telapak tangannya dari mata Freya.
"Eh kak Bryan, lagian ngapain coba pake acara tutupin mata aku, kan aku kira kakak penculik" kesal Freya dengan memanyunkan bibirnya ke depan.
"Ya maaf, Frey aku mau ngomong sesuatu, jadi Ayah aku nyuruh aku buat kuliah di Korea, tapi kalau kamu gak ngizinin, aku bisa nolak kok" jawab Bryan dengan nada tak enak.
"Yah, berarti kita LDR dong"
"Tapi aku sih gak keberatan kak, kan gimana pun juga kamu harus nurut sama Ayah kamu, karna itu yang terbaik buat kamu, lagi juga nanti kan sebentar lagi aku mau kelas dua belas jadi gak bakal berasa kesepian karna sibuk buat ujian" Freya berkata dengan menenangkan Bryan yang nampak cemas.
"Beneran?" ucap Bryan dengan memastikan.
"Iya dong, yang penting kamu kagak kepicut sama bule yang ada disana" Freya berucap dengan memicingkan matanya.
"Cie, kamu takut aku berpaling dari kamu ya" goda Bryan dengan memegang pipi Freya dengan gemas.
"Mana ada" balas Freya dengan cepat.
"Kamu yakin sama keputusan ini, gak mau di pikir-pikir lagi?" ucap Bryan memastikan.
"Iya Bryan Alexander" Freya berkata dengan senyuman yang merekah di bibirnya.
"Makasih ya Frey, kamu udah mampu bertahan sampai saat ini, aku janji gak akan mengecewakan kamu" tulus Bryan sambil menggenggam tangan Freya dengan lembut.
"Iya, pokoknya kamu tunjukkan ke Ayah kamu, kalau kamu itu bisa okey" Freya berucap dengan menatap mata bening pria yang ada dihadapannya.
TBC
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
BRYAN ALEXANDER
RomanceDulunya yang ku kenal hanyalah hitam, putih, dan abu-abu. Namun saat ini warna yang lebih indah datang dan menjadikan segalanya menjadi jauh lebih bermakna. Ketika aku mengenalmu, di situlah aku menyadari bahwa akan ada perubahan di setiap waktu...