Ayra, pak Muh dan seorang pria berjas hitam rapi sedang duduk menikmati hidangan yang ada di meja makan.
Mereka sedang berada di salah satu restauran yang ada di kota Makassar.
Beberapa menit setelah pertemuan yang tak disangka-sangka mengantarkan mereka duduk saling bertukar cerita.
Ayra, pak Muh dan pria ber setelan formal itu sedang sibuk dengan masing-masing makanan yang ada di hadapannya.
"Sudah berapa lama Ra?"
"Apanya?" Tanya Ayra bingung sambil menatap pria yang ada dihadapannya.
"Sudah berapa lama kamu disini?"
Ayra mengambil air minum lalu meneguk nya, berharap makanan yang ada di dalam mulutnya cepat masuk. "Oh itu baru, Ayra lupa" Ucap Ayra kemudian mengelap sisa makanan yang ada di bibirnya.
Pria yang mendengar itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Ngomong-ngomong kamu masih ceroboh"
"Maksudnya?" Tanya Ayra. Lagi!
"Seperti sekarang, cara makan mu sejak dulu tidak ada yang berubah. Berantakan!"
"B-benarkah?"
"Yah"
Hufttt! Ayra merutuki dirinya yang begitu over load dalam menangkap dan mencerna setiap situasi.
Pak Muh yang mengerti akan perasaan Ayra tertawa dalam hati. Yah...
Dia tahu.
Ayra selalu kesulitan dalam mencerna setiap ucapan orang-orang. Sejak tadi, dia hanya diam dan sesekali tertawa kecil mendengar perbincangan dua orang yang ada disampingnya.
Dan yang pak Muh tangkap, mereka adalah dua orang yang sedang menjalin hubungan pertemanan sejak kecil. Sahabat lebih tepatnya.
"Oh iya, Bang El sejak kapan ada di Makassar?" Tanya Ayra pada pria yang bernama Gabriel Dwitama yang kerap ia panggil dengan sebutan El.
"Baru beberapa hari Ra. Disini aku lagi ada tugas untuk beberapa bulan ke depan" Jawab Gabriel
"Oh gitu"
"-berarti bang El sekarang nerusin perusahaan papa Dwita dong?" Tebak Ayra menatap Gabriel yang sedang membersihkan mulutnya dengan tisu.
"Iya"
Ayra mengangguk-anggukkan kepalanya paham setelah mendengar jawaban dari Gabriel. Ayra kemudian menyandarkan tubuh kecilnya kebelakang sambil melihat-lihat sekeliling yang ternyata ramai akan pengunjung.
Beberapa saat setelah terjadi keheningan diantara mereka, Gabriel merogoh saku celananya kemudian menyodorkan sebuah handphone berlogo Apel.
Ayra diam sambil menatap bingung pada sebuah benda pipi yang ada didepannya.
"Tolong tulis sesuatu yang bermanfaat disini" ucap Gabriel.
"Bermanfaat?"
"Hmmm"
"Maksudnya?" Tanya Ayra lagi menatap bingung kearah Gabriel.
"Maksud den Gabriel itu, nomor non" Ucap pak Muh menimpali.
"-den Gabriel mau non Ayra menyimpan nomor ponsel non Ayra di handphone den Gabriel" sambungnya.
"Oh gitu, kenapa nggak ngomong dari tadi" Ucap Ayra cengengesan.
"Ini udah ngomong non" Ucap Pak Muh yang di balas gelengan kepala oleh Gabriel.
'Nggak berubah' Batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak Dan Waktu (TERBIT)
Roman d'amourCerita Jarak Dan Waktu murni hasil pemikiran penulis Nur'Aminah, jika terdapat salah satu penulis yang menyalah gunakan cerita ini, maka akan saya mintai pertanggung jawaban berupa sanksi rupiah ___________ Hari itu Arsy Allah berguncang dengan heb...