34. Putus Asa

3.3K 396 311
                                    

***

Pukul satu dini hari Ayra mengernyitkan dahinya bingung dengan suara grasak-grusuk dari luar diikuti beberapa orang yang bertubuh kekar masuk ke dalam.

Ayra menegakkan tubuhnya dan semakin membuat dirinya bertanya-tanya saat tidak lama seorang wanita yang sangat dikenalnya masuk dengan gaya khasnya.

Tania dengan penampilan seperti biasanya berjalan menghampirinya.

Bibir Ayra mengatup rapat saat di sampingnya Tania telah berdiri dengan kedua tangannya yang menyilang di depan dada.

Seketika perasaan Ayra menjadi tidak enak terlebih saat Tania menampilkan raut tidak suka diwajahnya dan ketika mengingat kembali pertemuannya dengan Tania yang terakhir kalinya bisa disebut dengan kurang baik.

"Jangan menatap saya dengan muka sok menggemaskan mu itu" Sinis Tania membuka percakapan.

Ayra yang kembali mendapatkan nada ketus dari Tania kembali dibuat bingung.

Ada apa Tania ke sini? Tania seperti seseorang yang biasa-biasa saja setelah melihat keadaannya yang sekarang. Dan lagi, kenapa Tania bisa berada di tempat ini?

Otak Ayra terus saja berputar, memikirkan hal-hal yang dianggapnya sangat tidak baik. Dan... Tidak!

Apa Tania yang merencanakan ini semua? Lalu Karel?

Kemana perginya pria itu? Kenapa Tania bisa ke tempat ini dan bersikap biasa-biasa saja.

Apa Karel dan Tania...?

Ya Tuhan.

Tidak mungkin Karel melakukan hal ini kepadanya.

Karel orang baik. Karel sahabat suaminya, mustahil bagi Karel melakukan ini.

Tapi sikap Karel tadi?

Yaa Tuhan.

"Lepaskan kakinya, dan bawa dia ke mobil" Ayra mengangkat kepalanya menatap Tania dan beberapa orang berbaju hitam disampingnya secara bergantian.

Ke mobil?

Kemana Tania akan membawanya?

"Tania in-"

"Saya tidak menyuruhmu berbicara" Potong Tania menghentikan ucapan Ayra.

"Apa yang kalian tunggu? Cepat lakukan!" Seolah tidak ingin menunggu lebih lama lagi, Tania mencecar orang suruhannya agar segera melakukan tugasnya.

Ayra yang merasa dirinya dalam bahaya seketika meringsut mundur berusaha menghindari tangan pria itu ketika ingin menyentuhnya.

"Tidak, Ayra akan tetap disini"

"Saya tidak meminta persetujuanmu-kamu cepat lakukan perintahku" Sengit Tania menunjuk salah satu suruhannya untuk menuruti kemauannya.

"Tidak jangan sentuh Ayra"

"Diam"

"Tap-"

Plak

Satu tamparan cukup keras mendarat di wajah putih bersih Ayra membuat kepalanya berpaling kearah samping, pipinya memanas karena tamparan itu.

Bahkan dibagian sudut bibirnya mengeluarkan darah saking kerasnya pria itu menamparnya.

"Sudah saya katakan saya tidak butuh persetuan darimu, jadi jangan memberontak"

Pipi Ayra rasanya kebas, dan seketika kepalanya mendadak pening karena mendapati perlakuan yang secara mendadak dan keras seperti itu.

"Tania aku mohon jangan seperti ini" Ucap Ayra memberanikan diri untuk mengangkat suara setelah sekian lama menenangkan dirinya dari keterkejutan.

Jarak Dan Waktu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang