23. Mimpi?

5.4K 455 109
                                    

***
Ayra berjalan memasuki kamar mandi lalu mengambil air wudhu.

Tepat pukul dua dini hari Ayra terbangun karena merasa tidak nyaman dengan denyutan di kepalanya.

Sekitar tiga puluh menit Ayra hanya duduk di atas tempat tidur sambil memijit pelan kepalanya berharap sakitnya sedikit hilang.

Setelah di rasa sakitnya perlahan mereda, Ayra dengan sisa tenaganya berjalan kearah kamar mandi untuk mengambil air wudhu karena dengan mendirikan shalat Sunnah beberapa rakaat mungkin bisa membuat dirinya kembali tenang.

Jam menunjukkan pukul tiga, Ayra menghamparkan sajadahnya lalu berdiri di tengah-tengah.

Saat mengangkat kedua tangannya di depan dada, bibirnya bergetar sambil mengucapkan takbir.

Perasaan sesak kembali menyelimuti hatinya.

Bayangan hari-harinya di penuhi dengan rasa kesepian dan kesedihan berputar bagai kaset rusak yang menghantui dirinya.

Berkali-kali Ayra berusaha untuk tetap khusyuk dalam shalatnya namun tetap saja kehidupannya menghantui hati dan pikirannya.

Sedari awal sampai akhir air mata Ayra terus mengalir.

Hingga sujud terakhirnya karena sudah tidak mampu lagi Ayra menangis dengan sesenggukan sambil terus menyebut nama Allah.

Tiga bulan hidup tanpa ada campur tangan orang-orang di sampingnya.

Ayra benar-benar memulai kehidupannya dengan dirinya yang berusaha menopang dirinya sendiri sebisanya.

Ayra bangun dari sujudnya setelah merasa cukup dan menyelesaikan shalat. Dzikir lalu menengadahkan tangan untuk berdoa, kemudian diakhiri dengan membaca beberapa lembar ayat-ayat Allah.

Setelah usai dengan ibadahnya, Ayra bergegas menuju dapur untuk membersihkan beberapa sisa piring kotor yang belum sempat Ayra bersihkan sambil menunggu waktu subuh karena matanya juga menolak untuk terpejam.

Mulai dari piring hingga lantai yang sedikit berdebu karena memang rumah ini di desain dengan hanya sebagian saja yang memiliki lantai sisanya hanya rumah yang beratap dengan beralaskan tanah.

Setelah selesai dengan kegiatannya dan mendirikan shalat Subuh Ayra berjalan keluar untuk menghirup udara segar.

Namun saat ingin membuka pintu, tangannya tertahan sambil beristighfar.

"Astaghfirullah yang kesekian kalinya pintunya lupa di kunci"

Ayra menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan dirinya yang sangat pelupa.

"Untung tempatnya aman" Ucapnya kemudian berjalan ke arah belakang rumah menaiki bukit kecil secara perlahan takut dirinya tidak bisa menjaga keseimbangan.

Rutinitas Ayra di pagi hari selesai shalat Subuh kurang lebih selama tiga bulan yaitu menaiki bukit kecil yang ada di belakang rumah sambil menunggu sang matahari menampakkan sinarnya.

Ini yang Ayra sukai, menghabiskan waktunya dibawah pohon sambil menatap senang kearah matahari yang perlahan naik hingga kembali terbenam.

Ayra menulis sesuatu pada kertas yang sudah dirobek kecil lalu menyelipkannya pada pohon yang terdapat lubang. Disana sudah terisi banyak kertas kecil yang sengaja Ayra simpan sekedar menyimpan beberapa beban yang mengganjal di hati maupun pikirannya.

"Tahan juga yah, gk terbang apalagi basah"

"-tapi beberapa ada yang meleleh karena basah, mungkin juga ada yang ke tiup angin" Ucap Ayra berbicara sendiri sambil menatap kearah kertas kecil yang ada pada pohon itu.

Jarak Dan Waktu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang