18. Perbincangan

4.9K 426 119
                                    

Happy Reading aja;)

***
Mata lentik itu terbuka usai melewati tidur panjangnya.

Aroma obat-obatan sebagai penyambut yang sangat menyengat di indera penciumannya.

Ruangan yang bernuansa putih dengan beberapa alat-alat yang berada di dalamnya, membuat wanita itu sadar akan dimana dirinya berada.

Ayra.

Ayra mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang terasa baru baginya.

Sesaat Ayra hanya terus menatap langit-langit kamar sambil memikirkan hal-hal yang sempat ia lakukan sebelum dirinya berada di tempat ini.

Terakhir Ayra izin pada suaminya, kemudian pergi ke suatu tempat, lalu besoknya berbincang dengan seorang dokter, dan sekarang sudah berada di rumah sakit.

Mungkin saja dirinya pingsan?

Entahlah, Ayra lelah.

Ayra mengerutkan keningnya ketika bagian belakang kepalanya tiba-tiba berdenyut.

Otaknya yang tiba-tiba dipaksa bekerja cepat membuat Ayra berusaha untuk menahan rasa sakitnya.

Tidak.

Ayra tidak boleh egois.

Ayra harus menahan dirinya agar tidak terlalu over memikirkan hal-hal yang bisa membuat kondisinya kembali memburuk.

Beberapa saat Ayra hanya terus diam sambil menenangkan pikirannya hingga suara kenop pintu yang berkali-kali berusaha dibuka namun tidak ada tanda-tanda keberadaan seseorang disampingnya.

Ayra menolehkan sedikit kepalanya kearah pintu, dan netra nya menemukan seseorang yang sangat dirindukannya.

Ayra melihat Aska yang sudah membalas tatapannya dengan tangan yang masih berusaha membuka pintu, bahkan Ayra melihat Aska memaksa pintu itu terbuka yang diyakini oleh Ayra bahwa pintu itu terkunci rapat.

'Maaf'

Beberapa saat Ayra hanya terus menatap wajah Aska yang sangat dirindukannya, matanya seolah tidak ingin teralihkan hingga Ayra kembali memperbaiki letak posisinya pada brangkar rumah sakit, memejamkan matanya saat teringat sesuatu berusaha terlihat acuh.

Tidak tahu saja.

Mati-matian Ayra menahan rindunya pada sosok itu, namun Ayra harus menekan egonya demi sesuatu yang telah dimulainya.

'Andai engkau menciptakan aku dengan segala bentuk kesabaran yang tiada batasnya, mungkin aku masih akan menikmati sisa-sisa waktuku dengan orang yang selalu kuinginkan keberadaannya Yaa Rabb'

Perasaan sesak menyelimuti hatinya saat Ayra berusaha menekan harapannya yang kembali meminta ingin dilepaskan.

Kali ini Ayra akan membiasakan dirinya untuk hidup sendiri tanpa campur tangan orang-orang.

Keputusannya untuk tidak terlalu berharap pada seseorang, semoga itu yang terbaik untuk dirinya kelak.

Lagi-lagi Ayra memejamkan matanya saat mendengar umpatan yang keluar dari mulut Aska.

Yah Ayra mendengarnya dengan jelas.

Namun masih sama, Ayra akan membiarkan dirinya maupun Aska belajar untuk tidak saling bertukar sapa.

Semoga dengan ini Aska tahu dan sadar akan apa yang telah dilakukannya selama ini.

***

Aska memukul tembok, melampiaskan amarahnya di sana.

Jarak Dan Waktu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang