39. Kehilangan (Extra Chapter)

4.6K 413 668
                                    

"Hal terberat dalam hidupku ketika baru menyadari bahwa duniaku telah pergi, dan yang paling berat ketika menyadari bahwa aku adalah alasan untuk dia pergi"

-Aska Gavindra Dirgantara-

***
Setelah pulang dari pemakaman, Aska langsung saja di larikan ke rumah sakit karena tiba-tiba tidak sadarkan diri.

Wajah Aska pucat, dengan suhu tubuh yang sangat tinggi. Tangan Mira menggenggam tangan putranya dengan Abraham yang mengambil alih kedua cucu kembarnya yang berbeda jenis.

Matanya menatap sedih kedua cucunya yang berada di gendongannya lalu beralih menatap istrinya yang tengah sibuk mengusap lembut wajah Aska.

Sama halnya dengan Gabriel, Abraham rasanya juga ingin menghajar putranya saat mengetahui fakta rumah tangga Aska dan almarhumah Ayra selama ini, tapi nasi sudah menjadi bubur, memberi balasan pada Aska juga tidak ada gunanya. Terlebih saat melihat kondisi Aska yang ternyata memburuk.

Aska kehilangan.

Dan hal yang bisa Abraham tangkap dari reaksi putranya, ternyata Aska sudah menyimpan perasaan yang mendalam entah di mulai sejak kapan.

Aska bersikap jauh di luar dugaannya.

Dan karena ini, hati nurani seorang bapak dalam dirinya seketika merasa kasihan pada putranya.

Aska mungkin lambat menyadari perasaannya, dan Aska menyadari itu ketika Ayra memutuskan untuk pergi.

Abraham hanya bisa berdoa, setelah ini Aska bisa menerima semuanya dan ikhlas membesarkan kedua anaknya seorang diri.

"Mah tenanglah"

"–Aska akan baik-baik saja, dia pria yang kuat" Ucap Abraham menenangkan istrinya tanpa bisa ikut mendekat pada putranya karena posisinya sedang menggendong kedua cucunya.

Tadi, Shalsa sudah meminta pada Abraham untuk Shalsa saja yang menggendongnya dan ikut dengannya di mobil belakang.

Tapi Abraham menolak dengan alasan, Aska membutuhkan kedua anaknya.

Kini mereka semua tiba di rumah sakit, Aska langsung saja di ambil alih oleh perawat dan dibawa ke ruangan khusus agar segera di tangani.

Mereka semua lagi-lagi menunggu di luar, membiarkan dokter menjalankan tugasnya.

Berbeda dengan Gabriel yang memilih untuk tidak menyusul dengan alasan ada sesuatu yang harus dilakukannya.

Abraham hanya mengiyakan saja, walaupun didalam hatinya dirinya sangat tahu alasan Gabriel untuk tidak ikut.

Seseorang dari dalam membuka pintu memperlihatkan satu orang dokter dengan setelan formalnya.

Semua orang berdiri menunggu dokter itu untuk mengeluarkan suara yang sedari tadi hanya diam sulit untuk memulai.

"Ada apa dok?" Tanya Abraham yang hanya mendapatkan helaan nafas dari sang dokter diikuti gelengan kecil.

"Pak Aska harus mendapatkan perawatan khusus"

"Kesehatan mentalnya terganggu, setelah sadar pak Aska terus saja mengamuk dan terus meracaukan nama ibu Ayra" Jelas dokter itu, memang tentang keluarga Dirgantara banyak yang dokter itu ketahui karena dokter ini yang selalu menangani keluarga Dirgantara jika ada yang jatuh sakit.

"Bahkan kami sempat hampir kecolongan, kami tidak menyadari bahwa pak Aska telah sadar, dan baru kami ketahui saat benda tajam yang pak Aska pegang hampir mendarat di tubuhnya. Yah beliau ingin mengakhiri hidupnya" Sambungnya, yang membuat Mira yang berada di samping Abraham semakin mengeluarkan air mata.

Jarak Dan Waktu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang