25. Khawatir 2

5.1K 385 97
                                    

"Apa yang membuatmu ragu untuk mendekap ku sedang aku bisa memberimu sesuatu yang tidak bisa kamu dapatkan dari orang lain?"

-Ayra Rafaella Maryam-

***
Aska mengerjapkan matanya saat merasa tidak nyaman dengan tidurnya.

Pandangannya tertuju pada jarum jam dinding yang menunjukkan pukul dua dini hari.

Aska merenggangkan otot-ototnya kemudian turun dari ranjang berjalan ke arah kamar mandi.

Saat berada satu meter di depan pintu, Aska menghentikan langkahnya merasa janggal dengan sesuatu.

Aska memutar tubuhnya menghadap ke arah tempat tidur kosong, membuat kening Aska berkerut bingung.

"Ayra"

Hening.

Tidak ada jawaban.

Aska kembali melanjutkan langkahnya ke kamar mandi yang setengah tertutup berharap Ayra berada di dalam sana mendahuluinya.

Namun saat memeriksanya, tidak ada siapa-siapa.

Aska kembali mencoba memanggil nama Ayra sambil keluar menuruni tangga berjalan ke dapur, namun tetap saja tidak ada.

Kemana perginya?

Pikiran Aska semakin kalut saat menyadari Ayra tidak berada di dapur, bahkan ruang tamu.

'Tidak lagi Ayra' Ucap Aska dalam hati.

Aska terus mencari keberadaan Ayra namun tetap saja tidak ada.

Aska kembali mengedarkan pandangannya, dan matanya berhenti pada lantai atas di salah satu kamar yang terdapat cahaya.

Dengan langkah tergesa-gesa Aska menaiki anak tangga menuju ke arah kamar yang sudah lama tak berpenghuni itu.

Aska membuka pintu.

Dan hal pertama yang Aska lihat, Ayra yang sedang tertidur meringkuk membelakanginya di atas tempat tidur.

Kaki Aska melangkah maju dengan perasaan yang sulit untuk di artikan.

Apa Ayra meninggalkannya tidur sendiri saat terlelap?

Pandangannya tak pernah lepas dari Ayra, memperhatikan tubuh Ayra yang bernafas teratur membelakanginya.

Aska berhenti di sisi ranjang masih terus memperhatikan Ayra dan sedikit mencondongkan tubuhnya ingin melihat wajah Ayra.

Namun bukan wajah damai Ayra yang Aska temukan melainkan wajah sembab yang Aska yakini bahwa Ayra baru saja selesai menangis, di lihat dari bercak air mata Ayra yang belum mengering.

Mungkinkah Ayra tertidur karena kelelahan menangis? Memikirkannya saja membuat hati Aska teriris.

Aska mendudukkan tubuhnya di belakang Ayra, kemudian membalikkan tubuh Ayra lalu menariknya seperti posisi duduk dan memeluknya erat.

Hati Aska benar-benar sesak menyaksikan Ayra yang seperti ini, terlalu menjaga jarak dengannya.

Berkali-kali Aska mengecup sisi kepala Ayra yang masih tertidur berada di pelukannya kemudian kembali memeluknya erat.

Hanya dengan Ayra seperti ini sukses membuat hati Aska hancur, Ayra menghukumnya.

Dan rasanya Aska tidak sanggup.

Aska menuntun tangan Ayra untuk melingkar di pinggangnya seolah memeluk, lalu tangannya turun mengusap perut Ayra naik turun.

"Maaf"

Jarak Dan Waktu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang