26. Maaf

5.5K 443 713
                                    

Helaan nafas keluar dari Ayra setelah hampir satu jam berbicara melalui telepon dengan seseorang yang ada di seberang sana.

Ayra sudah berusaha menolak bahkan memberikan alasan yang dianggapnya bisa membuat seseorang yang berada di seberang sana mengerti.

Namun sepertinya Ayra lupa bahwa suaminya tetaplah suaminya, yang sangat keras kepala.

Bahkan sudah hampir satu jam Aska memohon-mohon pada Ayra agar permintaannya segera dikabulkan.

Tapi hasilnya Ayra tetap menolak bahkan sesekali mengancam untuk mematikan telepon jika Aska tidak menerima keputusannya.

"Maaf Ayra nggak bisa mas" Ucap Ayra untuk yang kesekian kalinya.

Aska yang mendengar itu menghembuskan nafasnya kasar. Mukanya terlihat suram, bahkan sudah menghempaskan tubuhnya pada sofa yang berada di kantor ruang pribadinya. Tapi bukan karena marah terhadap Ayra melainkan dirinya yang belum bisa membawa kembali kepercayaan Ayra.

Aska sangat mengerti mengapa Ayra bisa seperti ini. Siapa lagi penyebabnya kalau bukan dirinya dan perlakuannya dimasa lalu.

Aska dan Ayra kembali diam, sama-sama memikirkan nasib dari rumah tangganya.

Apa Aska benar-benar sudah terlambat?

Apa Aska sudah sangat keterlaluan?

Yah!

Aska mengakui kesalahannya, Ayra terluka karena dirinya. Dan dengan gampangnya Aska membawa Ayra kembali dan memaksa agar segera di maafkan.

Perbuatan buruknya terhadap Ayra menggunung, dengan pinggirannya yang penuh dengan jurang kematian.

Jika Aska yang berada di sana, mungkin Aska juga akan melakukan hal yang sama. Pergi dan memilih jalan lain.

Tapi apa tidak ada sedikit saja kesempatan untuk Aska agar bisa memperbaiki semuanya?

Aska bersungguh-sungguh ingin melakukan itu.

"Ya udah sekarang kamu makan siang terus istirahat ya! Aku mau lanjut kerja dulu" Ucap Aska yang diakhiri dengan salam.

"Wa'alaikumsalam" Ucap Ayra menjawab salam dari Aska.

Ayra menjauhkan telepon nya dari telinganya kemudian berjalan menuruni tangga ke arah dapur.

Disana sudah terdapat beberapa makanan sisa pagi tadi yang sengaja Ayra lebihkan untuk makan siang karena terlalu malas untuk kembali berkutat dengan alat dapur, terlebih jam makan siang hanya dirinya sendiri.

Ayra menyendok nasi ke atas piringnya dan beberapa lauk.

Sebelum menyuapkan nasi ke dalam mulutnya, Ayra berdoa kemudian meminum sedikit air lalu melanjutkan makannya hingga selesai.

Selama sesi makannya berlanjut Ayra tidak memikirkan apa-apa karena memang dirinya juga sangat lapar, terlebih jam makan siangnya tertahan karena sibuk menelepon dengan Aska.

Ayra masih saja sibuk dengan dirinya sendiri dengan beberapa makanan yang ada di hadapannya.

Namun tidak lama dari itu, seketika Ayra berhenti setelah perasaan bersalah menghampirinya.

Ayra kembali memikirkan Aska.

Apa Ayra selama ini terlalu memikirkan dirinya hingga lupa dengan kewajibannya sebagai seorang istri?

Apa Ayra selama ini terlalu sibuk mengobati lukanya sendiri dengan tanpa sadar menciptakan luka baru pada Aska suaminya?

Dada Ayra berdenyut nyeri.

Allah murka terhadap dirinya.

Bagaimana bisa Ayra memperlakukan Aska seperti ini?

Bagaimana bisa ada seorang istri yang menelantarkan suaminya demi kebutuhan dirinya.

Jarak Dan Waktu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang