28. Ngidam

4.4K 374 495
                                    

***
Aska memasuki rumah yang langsung disuguhkan dengan pemandangan yang tidak menyenangkan.

Bagaimana tidak?

Saat berbalik badan, Aska melihat Ayra berlari kecil menuruni tangga ke arahnya.

Dengan tergesa-gesa Aska meletakkan barang-barangnya dan kantong plastik bawahan di atas meja lalu berjalan dengan langkah kakinya yang lebar menyusul Ayra.

Aska berdecak kesal saat berhasil menangkap tubuh Ayra yang hampir saja terjatuh saat berada di anak tangga terakhir.

"AYRA" Bentak Aska menatap tajam Ayra.

"APA YANG KAMU LAKUKAN HA?"

"Ay-"

"SUDAH BERAPA KALI MAS KATAKAN JANGAN CEROBOH? "

"Mas Ay-"

"DIAM AYRA" Teriak Aska membuat Ayra terlonjak kaget.

"KAMU SEDANG MENGANDUNG, SEHARUSNYA KAMU TIDAK BERTINDAK KEKANAK-KANAKAN SEPERTI INI"

"KAMU HANYA SIBUK MEMIKIRKAN KEINGINANMU ITU DAN TIDAK MEMIKIRKAN ANAKKU YANG SEDANG KAMU KANDUNG"

"DIMANA PIKIRAN KAMU? KENAPA TINDAKAN CEROBOH MU SANGAT SULIT UNTUK KAMU HILANGKAN? APA KAMU TIDAK MEMIKIRKAN BAYI YANG ADA DI KANDUNGANMU HA?"

"BAHKAN TINDAKAN MU BARUSAN TIDAK ADA BEDANYA DENGAN DULU"

Ayra diam di tempatnya saat Aska berjalan meninggalkannya, kalimat terakhir yang Aska ucapkan seperti tombak yang menghunus jauh tepat mengenai ulu hatinya.

'Bahkan tindakanmu barusan tidak ada bedanya dengan dulu'

Mata Ayra memperhatikan Aska yang sedang menuju ruang tamu mengambil satu kantong plastik lalu di lemparkan menuju tempat sampah kemudian berlalu melewatinya.

Tangannya terangkat mengelus perut nya seolah meminta maaf atas apa yang telah terjadi barusan.

"Nanti bunda minta sama ayah buat di beliin rujak yang baru ya nak, maafin bunda" Lirih Ayra sambil menelan pahit kecewanya.

Tidak ada yang pantas disalahkan disini selain dirinya, Ayra menyadari itu. Aska seperti itu karena khawatir dengannya dan bayinya.

Sekali lagi Ayra menarik nafasnya kemudian menaiki anak tangga saat kembali merasakan sesak di hantinya, Ayra tidak boleh terlalu mengambil hati ucapan Aska.

Mata Ayra menatap seluruh penjuru kamar yang terasa sunyi. Aska tidak berada di kamar, mungkin sedang berada di ruang kerjanya sekedar menenangkan pikirannya mungkin.

Sambil menunggu Aska kembali, Ayra membereskan kamar, menyapu lalu memisahkan barang-barang kotor ke dalam keranjang cucian.

Setelah itu Ayra lanjut membersihkan dirinya karena sudah merasa kotor dilanjutkan mendirikan shalat.

Ayra menyelesaikan shalatnya yang ditutup dengan membaca Alquran. Matanya menatap ke arah jarum jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam.

Perasaan bersalah semakin menggerogoti hatinya saat menyadari Aska yang belum juga menampakkan dirinya. Apa Aska masih kesal atas kejadian tadi?

Tanpa melepaskan mukenanya Ayra berjalan keluar menuju satu ruangan yang terletak di samping kamar lalu mengetuknya pelan.

Tiga kali percobaan namun masih tidak ada respon apapun, bahkan sempat Ayra memutar kenop pintu namun di kunci, padahal Ayra sangat yakin bahwa Aska berada di dalam dilihat dari cahaya lampu yang keluar dari celah pintu.

'Nggak papa' Batin Ayra berusaha menenangkan hatinya.

Ayra berbalik, menuruni anak tangga saat mengingat stok air minum Aska yang berada di kamar habis.

Jarak Dan Waktu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang