nine

2K 338 54
                                    

"Why did you call me? you are interfering with my work!"

Terdengar suara umpatan pria paruh baya di sebrang telpon.

Victor sudah terbiasa dengan umpatan Ayahnya ketika ia menghubungi Ayahnya yang lagi berada di luar negeri.

Ayahnya hanya akan bersikap lembut ketika mendapatkan telpon dari Istrinya saja.

"How did you treat mother until she was comfortable with you?" Victor bertanya di telpon. Victor ingin tau gimana perlakuan Ayahnya dulu ke Ibu, sampai Ibunya sangat nyaman bersama Ayahnya.

"Why are you suddenly asking that?" ayahnya bertanya kenapa Victor tiba-tiba menanyakan hal itu.

Victor mengatur napas sebentar, kalau ia ingin mendapatkan apa yang ia mau, berarti Victor harus menceritakan semua ke Ayahnya.

"Saya baru saja menjadikan seseorang sebagai milik saya." Lalu Victor menjelaskan apa tujuan ia menghubungi Ayahnya.

Gihan berlari sepanjang koridor agar cepat sampai ke kelasnya.

Tapi ditengah jalan, Gihan malah bertemu dengan pacar barunya, yaitu Victor Kavincent. Victor keluar dari perpusatakaan.

Gihan berhenti sebentar untuk menyapa Victor. "Hai Vi, pa─‌─‌"

Gihan belum selesai mengucapkan selamat pagi, omongannya sudah dipotong sama Victor aja.

"Maaf tadi malam saya tidak bisa chat kamu, saya harus konsultasi sama Ayah." Setelah ngomong kayak gitu ke Gihan, Victor langsung pergi dari hadapan Gihan. Bahkan Victor tidak membalas senyuman Gihan.

Gihan menatap Victor yang semakin menjauh. "Apaansih? gue juga nggak nungguin chat dari dia. Bodoamat dia mau konsultasi sama Ayahnya kek, sama Dokter kek, apa peduli gue!" gerutu Gihan.

Gihan melanjutkan larinya lagi sambil terus ber-gerutu.

Gihan sudah sampai didepan kelas, ternyata ketiga teman Gihan sudah pada datangan.

Gihan heran sama ketiga temannya. Mereka malas belajar, tapi kalau urusan berangkat sekolah selalu pagi, kan aneh.

Gihan masuk kedalam kelas, rupanya ada Eros juga disini yang lagi ngebucin sama Renata. Waktu Gihan berjalan ke kursinya, Gihan merasa kalau Eros ngelihatin Gihan dari ujung matanya.

Gihan menghampiri temannya dengan napas yang ngos-ngosan, capek habis lari. "Huh! ikut gue keluar, cepetan." Gihan menarik tangan ketiga temannya secara bersamaan.

Gihan mengamati keadaan di luar kelas untuk memastikan apakah aman untuk dia bicara. Dirasa tidak ada orang, Gihan mulai bicara pada Kajoya, Gigi, dan Jenna.

Ekpresi wajah ketiga temannya itu terlihat bingung, karena tangan mereka di tarik paksa sama Gihan.

"Kenapa sih Han?" tanya Jenna yang kebingungan. Jenna heran sama Gihan, masuk kelas dalam keadaan ngos-ngosan, terus main tarik keluar aja lagi.

"Gue mau ngasih tau sesuatu ke kalian, tapi tolong habis ini jangan langsung teriak ya." Pinta Gihan.

Gihan mengatur napasnya dulu, ketiga temannya semakin penasaran apa yang bakal Gihan katakan.

APPROPRIATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang