Maaf (1)

2.9K 345 14
                                    

"Maaf, Aku tahu pasti jahat sekali bagimu, apa yang kulakukan ini. Tapi aku mencintainya."

.

.

Ratusan –ribuan kali kata itu terucap. Perasaan bersalah tak pernah berkurang. Aku mengingat semuanya. Segala sesuatu tentangnya pada hari itu; T-Shirt biru muda, celana panjang hitam, rambut yang terpotong rapi –hitam berkilau terkena sinar matahari di pertengahan musim panas.

Aku melihat perubahan ekspresinya; melihat kekecewaan dan keputusasaan di raut wajahnya. Aku Ingin melingkarkan lenganku di punggungnya untuk memberikan hiburan yang terlambat aku lakukan. Tapi itu akan terlalu munafik.

Karena akulah yang telah menyakitinya.

Namun pada akhirnya aku tetap saja menjadi Si Munafik. Aku menyesali keputusanku saat itu. Ia mencintaiku, tanpa syarat. Dan aku memilih untuk menjadi Si Jahat yang meninggalkannya karena pria lain.

Maaf

.

.

.

"Haruno Sakura." Sakura yang yang sejak tadi menulis sesuatu –sesuatu yang abstrak di buku catatannya, mengangkat pandangan. Hampir semua kepala di kelas itu menoleh padanya. Ia memilih mengabaikan hal itu dan menatap Kurenai, dosen Psikologinya. "Apa pendapatmu tentang cinta?"

Cinta?

Ia mengangkat bahu. Samar. "Tak saling menyakiti?"

Sebelah alis Kurenai jelas terangkat tinggi. Tapi wanita itu terlihat tertarik dengan jawaban yang Sakura berikan "Kita sepakat kalau orang-orang saling menyakiti sepanjang waktu."

Sakura mengangguk. Membenarkan. "Ya."

"Jadi ada kesimpulan lain?" Tanya Kurenai lagi. Sakura merutuk di dalam hati. Beberapa mahasiswa di kelasnya nyaris menyemburkan tawa. Beberapa tampak heran. Ia merasa tak ada yang salah dengan jawabannya. Jadi apa yang mereka tertawakan sebenarnya?

"Masih yang sama, madam."

Kurenai tak sedang menahan tawa, bathin Sakura. Mungkin itu kelebihan dari orang-orang yang mendalami ilmu kepribadian. "Penjelasan lebih lanjut?"

"Hanya berharap tak ada yang tersakiti, madam."

Sakura tahu penjelasan itu tak menjelaskan apa-apa. Entahlah. Ia benar-benar tak tahu apa yang harus ia utarakan mengenai konsep cinta yang sebenarnya. Pembahasan ini sangat mengganggu.

Kenapa harus selalu tentang cinta?

Salah satu mata kuliah wajib di fakultasnya dan si Dosen memutuskan untuk membahas tentang cinta untuk membuat para mahasiswa tertarik. Ia akui itu berhasil pada hampir semua mahasiswa di ruangan ini. Tentu saja, kecuali dirinya.

Sudah tiga tahun dan Sakura akan dengan senang hati menambah angka lagi. Ia tak peduli bahkan jika cinta dalam hatinya memang sudah berkarat seperti yang sudah sering Ino –teman terdekatnya katakan.

"Tak saling menyakiti heh, Sakura? Kenapa aku baru tahu kalau kau romantis sekali."

Tawa terdengar di penjuru kelas sedetik setelah Kurenai meninggalkan ruangan. Sakura memutar mata, sudah bersiap sepenuhnya untuk menjadi bulan-bulanan. Hampir semua orang di kelas ini tahu ia tak pernah menjalin hubungan romantis selama tiga tahun. Well, sialan siapa pun orang yang menciptakan kencan pertama kalinya. Dan jatuh cinta. Dan kencan lagi.

"Sepertinya julukan Ice Princess tak cocok lagi untukmu," celetuk yang lain.

"Aku tak akan menyakitimu, Sakura!" Tambah yang lain. Tawa makin keras. Sakura memasang wajah acuh seperti biasa dan beranjak meninggalkan kelas.

Romantic Side UndercoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang