Sasuke datang lagi keesokan malamnya sambil membawa berkotak-kotak makanan pesanan yang disambut Ino dan Hinata dengan mata berbinar. Sakura sendiri menepuk dahinya dan menarik napas keras begitu Sasuke mencondongkan tubuh ke arahnya untuk mengecup pipi kanannya. Ino berusaha menutup mata Hinata, sementara Hinata berusaha menyingkirkan tangan Ino dari depan wajahnya. Mereka berdua mengatupkan bibir dengan raut wajah menahan tawa.
Makan malam hari ini terasa menyenangkan seperti malam sebelumnya. Sasuke berpamitan dengan sopan dan mengatakan kalau ia ingin menikmati makan malam bersama lagi lain kali. Ia juga mengundang mereka ke rumahnya minggu depan setelah ia pulang dari luar kota. Hal yang Sakura tanggapi dengan raut wajah penuh tanya.
"Apa kau punya acara penting di luar kota?" Tanya Sakura setelah mengikuti Sasuke hingga ke depan pintu apartemen pria itu.
"Hmm." Sasuke mengulurkan tangannya, mengaitkan helai rambut Sakura ke belakang telinga. "Aku harus menjadi pembicara di pertemuan antar seniman."
"Kau? Pembicara?" Tanya Sakura tak percaya.
"Apa begitu sulit dipercaya?" Sasuke sekarang mengelus pipi Sakura dengan jemarinya. Sementara Sakura hanya membiarkannya saja karena sudah mulai terbiasa dengan Sasuke yang seperti itu. "Aku sudah banyak berlatih."
Sakura menaikkan satu alis. Nada bicara Sasuke sudah jelas memberitahunya siapa yang menjadi teman berlatih pria itu selama ini. Pengakuan Sasuke tentang teman yang hanya bisa dilihat olehnya itu ternyata memang benar. Sakura masih sulit menyesuaikan diri dengan kenyataan itu sementara ia masih merasa takut terhadap hal-hal seperti itu.
"Kabari aku begitu kau kembali," kata Sakura, melebarkan matanya begitu Sasuke menunduk dan menyatukan bibir mereka.
Itu hanya pagutan ringan. Dilakukan Sasuke dalam senyuman yang memabukkan. Pria itu mengusap bibir Sakura dengan ibu jarinya, menatap ke arah sana untuk waktu yang lama. Sedangkan Sakura menunggu, tak tahu apa yang sebenarnya ia tunggu, dengan tubuh kaku dan jantung berdebar keras.
Ini sangat gila, pikirnya. Tindakan pria ini, yang dilakukan secara lembut dan alami membuatnya tak berkutik. Sasuke tak repot-repot bertanya lagi seperti sebelumnya seolah pria itu dapat memahami isi hatinya.
"Apa kau mau masuk ke dalam?" Tanya Sasuke sembari menyandarkan bahunya di pintu.
Sakura melirik pintu yang tertutup di hadapannya, lalu melirik pintu tertutup lain di apartemen Hinata. Ia menarik napas keras. Merasa malu karena telah mempertimbangkannya. Sasuke sendiri hanya berdiri dengan kalem, menatapnya dengan matanya yang kelam dan dalam itu.
"Lain kali," jawabnya salah tingkah. Demi Tuhan, ia tak percaya ia sedang salah tingkah.
Sasuke mengangguk. "Lain kali hmm maksudmu setelah aku pulang dari luar kota?"
Sakura melongo. "Apa?"
"Baiklah," simpul Sasuke cepat. "Kau harus pulang sekarang. Aku akan mengantarmu." Pria itu mendorong punggung Sakura pelan sampai mereka berhenti di depan pintu apartemen Hinata. Kemudian mendekap tubuh Sakura dari belakang untuk beberapa saat sebelum kembali ke apartemennya sendiri dengan langkah cepat.
"Aku akan berpamitan padamu besok sebelum aku berangkat," ujar Sasuke sambil tersenyum. "Dan aku akan membunyikan bel sekitar jam enam pagi."
Sakura mengangguk sambil menahan senyum lebarnya.
Ia rasanya ingin berteriak.
00000
Saat itu belum satu minggu semenjak Sasuke berpamitan padanya untuk pergi ke luar kota. Sebenarnya itu baru dua hari. Sakura masih sulit memercayai perubahan hubungan mereka, sementara Sasuke tak pernah menyatakan sesuatu seperti ungkapan cinta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Side Undercover
FanfictionStory List o Never Just be Friend o Stalker o Brother's Friend o I'm not Your Fans o A Little Braver o I say I Love You o Putus o Rain and Kisses o The Night Warrior o The Covenant of Marriage o Pain and Perfect Mate o Hanya Sakura o Dating Days For...