Saviors

2.9K 352 64
                                    

Sasuke Uchiha

Nama itu ia tulis menggunakan pulpen dengan tinta warna merah muda. Pulpen yang khusus ia gunakan untuk menulis nama yang sama setiap harinya.

Sakura menutup buku kecil rahasianya dan memasukkannya ke dalam saku tersembunyi di bagian bawah ranselnya ketika mendengar langkah kaki dari luar kelas. Tak butuh waktu lama sampai kelas yang tadinya hanya ada dia sendiri kini dipenuhi oleh murid-murid yang lain.

"Kau datang paling awal lagi?" Ino, salah seorang temannya bertanya sambil menyodorkan sekotak susu cokelat sambil menempatkan diri pada bangku di depannya.

"Thanks." Sakura menerimanya dengan senang hati. "Apa boleh buat, rumahku jauh," katanya menjawab pertanyaan Ino tadi.

Ino tertawa, sedikit tersedak susu cokelatnya sendiri. "Itulah maksudku. Kau seharusnya selalu datang terlambat, bukannya lebih awal."

"Kau salah," kata Sakura dengan nada suara dibuat seserius mungkin. "Orang yang rumahnya dekat yang akan sering terlambat. Kenapa? Karena mereka merasa tak akan terlambat. Seperti kau."

Tangan Ino hampir menjangkau susu cokelat yang tadi sudah ia berikan pada Sakura, namun gagal. Sakura sudah menjangkaunya lebih cepat dan langsung memasukkannya ke dalam tas.

Sakura tertawa melihat Ino yang menggerutu sampai wali kelas mereka, guru Kakashi masuk diikuti oleh seorang siswa bertubuh tinggi dengan rambut berwarna gelap.

Suasana lengang untuk sementara waktu, lalu kelas dipenuhi oleh bisik-bisik para siswa dan siswi. Semua orang sepertinya berbicara pada waktu bersamaan kecuali Sakura, guru Kakashi dan pria di sebelahnya.

Sulit melepaskan pandangan dari sesuatu yang kau anggap indah, dan lebih sulit lagi jika kau sadar kalau kau telah menyukainya sejak lama.

Guru Kakashi mengetuk-ngetuk papan tulis dengan mistar panjang yang terbuat dari kayu. "Perkenalkan dirimu," katanya dengan suara yang bisa dikatakan seperti baru bangun tidur.

"Sasuke Uchiha. Salam kenal."

Perkenalan yang singkat, diucapkan dengan nada suara datar. Tatapan pria itu dengan tegas dan tanpa ragu-ragu menelusuri seisi ruangan. Sakura segera berpaling, berpura-pura sibuk mengeluarkan buku pelajaran dari dalam tasnya ketika tatapan mata kelam itu tertuju ke arahnya.

Suara bangku yang diletakkan di sebelahnya membuat ia hampir saja mengerang.

Kenapa murid di kelas ini harus ganjil sebelumnya? Dan kenapa juga aku bisa duduk di sebelah ruang yang tadinya kosong itu?

"Sakura psst Sakura."

"Apa?" Sakura menopangkan dagunya dengan satu tangan, menatap Ino dengan raut wajah malas. Guru Kakashi sudah keluar kelas. Di depan sana, layar led menampilkan pemandu kelas mindfulness yang mengarahkan para murid untuk melakukan yoga sebelum kelas formal dimulai dua puluh menit lagi.

"Ada apa dengan ekspresimu itu?" Tanya Ino yang sudah sepenuhnya menghadap ke belakang.

"Memangnya kenapa dengan ekspresiku?" Tuntut Sakura.

Di bangku bagian depan, Lee si Anak Paling Rapi sedang melakukan gerakan wushu bukannya yoga. Tak jauh dari Lee, Choji mengikuti arahan yoga dengan dua tangan yang dipenuhi sebungkus keripik kentang dan sekaleng minuman bersoda.

"Kau seperti sedang menahan kentut," jawab Ino santai.

Sakura menyandarkan punggungnya di kursi. "Memang," ungkapnya asal-asalan. "Aku mau kentut tapi tidak jadi. Sekarang perutku terasa kembung."

"Itu bisa jadi penyakit, tahu." Kali ini Ino tampak serius.

"Haruskah kukeluarkan?" Bisik Sakura.

"Kau gila?" Ino tetiba saja berdiri. "Ayo ke toilet."

Romantic Side UndercoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang