Sakura duduk di beranda sambil menggenggam mug berisi susu cokelat hangat. Selimut yang tersampir di bahunya melorot begitu ia mengangkat mug itu untuk menikmati minumannya. Seseorang membenarkan selimut agar kembali ke tempat semula sementara ia terus menatap keluar dan menikmati udara sejuk sembari menunggu matahari terbit.
Ino dan Hinata sudah kembali ke kamar masing-masing dan langsung terlelap karena kelelahan. Sakura sendiri merasa sudah mendapat tidur panjang dan tak merasa mengantuk sedikit pun. Tapi ia masih sedikit merasa lelah. Bahunya tak terasa berat lagi dan menjadi bukti kalau hantu pembenci itu memang sudah menghilang entah kemana.
"Apa kau yakin tak merasa kedinginan?" Sasuke yang memutuskan untuk menemaninya di beranda bertanya sambil menempatkan diri di bangku kecil di sebelahnya. Bangku yang Hinata beli karena terlihat cantik itu berukuran kecil dan pendek, membuat Sasuke yang tinggi terlihat lucu ketika menempatinya.
"Ini baik-baik saja. Udaranya lebih cocok dikatakan sejuk dibanding dingin," kata Sakura setelah menyesap kembali susu cokelat hangatnya.
"Omong-omong, apa kau sudah memiliki hipotesa kenapa aku bisa tiba-tiba begitu sensitif dengan hal-hal gaib itu, dan kenapa mereka sepertinya sangat tertarik padaku?" tanya Sakura dengan perasaan yang agak gusar.
Setelah mengalami mimpi buruk yang terasa sangat nyata itu, ia memandang hantu-hantu itu dari sudut pandang yang berbeda. Hantu-hantu itu memang tak memiliki fisik secara nyata, namun bisa menyentuhnya dengan cara yang berbeda. Dari kejadian tadi malam, bisa disimpulkan kalau mereka bisa menyakitinya dengan cara yang tak terbayangkan.
"Aku tak memiliki apapun," aku Sasuke sambil merenung. "Aku saja baru tahu tentang kemampuanku yang bisa membuat mereka menghilang secara permanen seperti tadi malam padahal aku sudah bisa melihat mereka mungkin sejak aku dilahirkan."
Sakura mengangguk. Beberapa hal dalam hidup bisa menjadi teka-teki yang tak akan ditemukan jawabannya. Atau mungkin, mereka akan menemukan jawabannya jika mereka menghadapinya bersama-sama. Yang jelas, keberadaan Sasuke sendiri adalah tempat teraman yang membuat Sakura bisa bernapas lega. Seolah Tuhan dengan sengaja mengirimkannya masalah beserta cara menyelesaikannya.
Jalan yang ia lewati bersama Sasuke ke depannya mungkin tak akan mulus. Hal seperti tadi malam mungkin akan terjadi lagi padanya. Tapi Sasuke akan berada di sana, membangunkannya dari mimpinya yang teramat buruk. Walau ia masih berpikir alangkah baiknya jika mereka bisa hidup normal seperti orang lain.
"Apa tak ada orang yang kau kenal yang bisa kau tanyai mengenai hal ini?" Sakura bertanya penuh harap.
Sasuke menjawabnya dengan gelengan kepala. "Seperti yang pernah kukatakan, aku tak pernah merasa kemampuan ini cukup menggangguku," jelasnya. "Jadi aku hanya menjalani hidupku dengan hal-hal itu tanpa pernah berusaha untuk mencaritahu tentang itu lebih jauh."
Sakura menghela napas. Jadi, apakah ia juga harus menjalani hidup seperti Sasuke dan terus bergantung pada pria itu?
Ia rasa akan sangat sulit melakukannya. Sasuke memang bisa melihat hantu-hantu itu, berkomunikasi dengan mereka seperti mereka adalah manusia biasa. Namun itu karena Sasuke tak merasakan dampak apapun terhadap keberadaan mereka. Sasuke memiliki sesuatu yang membuat hantu-hantu itu tak bisa menyentuhnya apalagi sampai menyakitinya.
Sakura berbeda. Ia tak bisa melihat atau pun berkomunikasi dengan mereka. Ia hanya bisa merasakan keberadaan mereka. Itu belum yang terburuknya. Hantu-hantu itu entah bagaimana memiliki ketertarikan khusus padanya dan bisa memengaruhi hidupnya, termasuk membuatnya berada di dalam bahaya. Hal ini membuat Sakura cukup merasa gusar.
Sasuke tak bisa selalu bersamanya. Pasti ada waktu dimana ia bisa berada di mana saja tanpa Sasuke di dekatnya. Pada saat itu, bisa saja ia bertemu dengan hantu pembenci lainnya. Pemikiran itu membuatnya bergidik ngeri.
Sasuke menatapnya penuh penilaian sebelum ikut menghela napas. "Aku pasti akan mencoba mencaritahunya mulai sekarang," ujarnya sambil mengulurkan tangan dan mengelus pipi Sakura dengan buku jarinya.
Wajah Sakura seketika terlihat lebih cerah. Setidaknya Sasuke bisa memahami kesulitannya dan berusaha membantu sebisa mungkin. Sakura memiringkan kepalanya ke telapak tangan Sasuke yang berada di pipinya, memegang tangan Sasuke sambil menunjukkan senyuman lebar.
"Aku harap aku bisa membantu dalam beberapa hal," ucap Sakura, menunduk pada Sasuke yang duduk di kursi lebih rendah darinya. "Bagaimana pun juga, hal ini sebagian besarnya akan memengaruhi hidupku ke depannya.
"Dan hidupku juga," tambah Sasuke. Sakura menutup mulutnya dengan telapak tangan. Pria ini terlalu manis dan sangat pandai bicara untuk orang yang selama ini lebih banyak berkomunikasi dengan hantu.
"Apa kau sangat menyukaiku?" tanya Sakura dengan senyuman di wajahnya.
Sasuke mengangguk kalem. "Kau orang yang paling kusukai di dunia ini," akunya tanpa terlihat malu sedikit pun.
Sakura mengecup bibir Sasuke, menarik napas keras ketika pria itu menahan kepalanya untuk mendapat ciuman yang lebih dalam. Sakura mengalungkan lengannya di bahu pria itu, merasakan Sasuke bergerak dan menempatkan tangan pria itu pada punggung dan lipatan kakinya. Sasuke menggendongnya sembari memperdalam ciuman mereka.
"Apa aku boleh mengambil malam pernikahan lebih cepat?" tanya Sasuke di wajahnya. Sakura tak percaya Sasuke akhirnya kembali dengan pertanyaan tak kenal suasananya dan nada suara yang terdengar seperti robot.
Tapi Sakura entah kenapa sangat senang mendengarnya. "Kau tak selalu harus bertanya," jawabnya sambil mengulum senyum.
"Kita harus..." Sasuke terdiam sejenak. "Ah, ini bukan apartemenku."
Sakura terpekik kaget saat Sasuke mempercepat langkahnya ke pintu depan. Nyaris seperti berlari untuk mencapai apartemennya sendiri.
"Kata sandinya 1111," beritahu Sasuke dengan nada kalem. Meminta Sakura untuk memasukkan kata sandinya yang sangat sederhana itu.
"Kau terlihat sangat menjaga kerahasian kata sandi rumahmu sampai sekarang." Sakura menggeleng tak percaya. "Padahal itu hanya 1111. Konyol sekali."
"Kau boleh menggantinya sesukamu nanti," ucap Sasuke, memberi Sakura kode untuk membuka pintu kamarnya. "Gunakan angka kesukaanmu jika perlu," tambah pria itu sambil menempatkan tubuh Sakura di tengah-tengah tempat tidurnya yang besar.
"Untuk sekarang..." Sasuke menunduk di atasnya dengan senyuman dan tatapan mata yang berbinar. Wajah tampan pria itu yang tampak lebih bersinar hari ini membuat Sakura terkesima. Tapi membuatnya cukup gugup ketika Sasuke mulai membuka kancing piyamanya.
"Kau tak perlu khawatir." Sasuke berusaha menenangkan dengan raut wajah yang sama gugupnya. "Aku sangat memahami apa yang akan kulakukan."
Ini sangat lucu, pikir Sakura. Mereka benar-benar terlihat seperti pasangan bodoh. Sasuke juga tampak cukup tak sabaran hari ini. Pria itu begitu fokus dengan keinginannya hingga menampilkan raut wajah yang begitu serius.
Sakura menertawakan Sasuke karena itu, namun mengubah pikirannya tak lama setelah itu begitu Sasuke menunduk dan memberinya ciuman panas yang panjang, yang berakhir dengan hal-hal yang sudah Sasuke pelajari di sekolah juga film dewasa.
Ini akan jadi hari yang panjang, pikir Sakura lalu terkesiap. "Jangan merobek piyama kesayanganku!" serunya sambil memukul tangan Sasuke yang sudah bersiap-siap untuk melakukannya.
Sasuke bersungut-sungut sementara jemarinya melanjutkan kegiatannya untuk melepaskan kancing-kancing piyama Sakura dengan terburu-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Side Undercover
Fiksi PenggemarStory List o Never Just be Friend o Stalker o Brother's Friend o I'm not Your Fans o A Little Braver o I say I Love You o Putus o Rain and Kisses o The Night Warrior o The Covenant of Marriage o Pain and Perfect Mate o Hanya Sakura o Dating Days For...