Manipulatif, keras kepala dan sangat pemaksa. Sasuke yang menunjukkan sikap itu semenjak pertemuan singkat mereka ternyata bisa bekerja sama dan akhirnya mengantarku pulang ke rumah, rumahku bukan rumahnya. Walau dengan rengutan yang kini telah menjadi ciri khasnya.
Ia memberitahuku sedikit hal mengenai dirinya sendiri, menekankan tentang acara penobatannya sebagai letnan muda dengan prestasi gemilang di angkatannya. Ia jelas sekali menyiratkan agar aku datang di acara penobatan itu satu bulan lagi. Bersikap seolah pertemuan kami di mimpi-mimpi itu adalah bagian hidup yang sudah kami jalani secara nyata. Ia dengan tegas menolak proses pendekatan yang biasanya dilakukan oleh pria dan wanita di awal-awal perkenalan.
Dalam pikirannya sudah diputuskan bahwa kami sedang menjalani hubungan yang telah berlangsung cukup lama. Itu dibuktikan dengan satu ciuman lagi setelah mobilnya berhenti di depan rumahku dan janji yang ia ucapkan bahwa ia akan menjemputku lain kali, setelah ia menyelesaikan pendidikannya dan resmi bertugas.
"Aku tak bisa menjemputmu besok," ucapnya dalam rengutan. "Rumahmu cukup jauh dari rumahku dan lebih jauh lagi dari asramaku." Ia berpikir sejenak. "Aku harus datang tepat waktu jika tak ingin ada kendala dalam penobatanku dan membuang-buang waktu dengan hukuman yang bisa membuat pertemuan kita selanjutnya tertunda."
Aku menatapnya tak percaya. Ia terlihat seperti sudah merencanakan apa saja yang akan ia lakukan di masa depan. Lebih tak percaya karena aku sepertinya menjadi bagian dalam rencana-rencana di dalam kepalanya. Hal itu membuatku cukup terharu di satu sisi dan bergidik di sisi yang lain. Tak perlu waktu yang lama untuk mengetahui bahwa ia bukan orang yang mudah mengubah keputusannya.
"Bagaimana jika kau menginap di rumahku saja?" Tawarnya dengan suara ringan. "Mobilmu berada di rumah sakit. Aku bisa mengantarmu jika seperti itu."
Aku menggeleng. Otak Sasuke tampaknya bekerja dengan cara yang teramat licik. Pembawaannya yang seperti rubah sepertinya telah memudahkannya dalam menjalani hidup selama ini.
"Aku tinggal dengan orangtuaku," ujarku setelah berdecak. "Mereka pasti sudah melihat mobil ini dari balik jendela kaca rumah."
"Tapi mereka tak tahu kau ada di dalam mobil ini," balas Sasuke. "Apa kau perlu aku menemui orangtuamu untuk meminta izin agar kau bisa menginap?"
Sasuke sudah akan membuka pintu mobil sebelum aku menarik tangannya dan mencegah ia turun lalu menarik perhatian orangtuaku yang mungkin memang sedang mengintip dari balik jendela rumah. Ini bisa menjadi kian rumit jika benar-benar terjadi. Aku tak memiliki waktu untuk berkencan secara serius selama ini. Hubunganku selalu berakhir di masa-masa pendekatan karena kurangnya komunikasi dan waktu untuk dihabiskan bersama pria mana pun.
Jadi membawa pria seperti Sasuke ke rumah akan menimbulkan kehebohan. Orang tuaku bisa menjadi sangat impulsif dan bersikap tak jauh berbeda dari pria ini.
"Aku akan naik taksi," putusku cepat sebelum ia melakukan apa yang tadi ia katakan.
Raut wajahnya menunjukkan kalau ia tak begitu setuju dengan keputusanku. Tapi untungnya ia hanya menutup mulutnya rapat-rapat dan mengangguk sekali sebelum menarikku mendekat dan mencuri satu ciuman lagi hari ini.
Ia tersenyum setelahnya. Senyuman nakal yang yang juga telah menjadi ciri khasnya. Aku benar-benar tak habis pikir dengan apa yang ia lakukan dan mengapa aku sendiri tak berusaha keras untuk menghentikannya.
Aku sudah di depan pagar pendek rumahku saat aku mengatakan hal yang membuatnya kembali merengut.
"Sampai jumpa lagi, bocah," ujarku sebelum berjalan mundur sambil melambaikan tangan padanya. Aku menunjukkan senyum mengejek sampai aku menutup pintu rumah dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Side Undercover
FanfictionStory List o Never Just be Friend o Stalker o Brother's Friend o I'm not Your Fans o A Little Braver o I say I Love You o Putus o Rain and Kisses o The Night Warrior o The Covenant of Marriage o Pain and Perfect Mate o Hanya Sakura o Dating Days For...