When You See #6

1.7K 278 34
                                    

Sasuke duduk di depan jendela kamar hotelnya sambil menopang dagu dan melihat ke luar sana. Kota ini membosankan berapa kali pun ia memikirkannya. Jika bukan karena tanda tangan kontrak yang ia lakukan secara acuh tak acuh itu, sekarang ia seharusnya sedang bersama Sakura, melakukan ciuman panas lagi dan yang lainnya sementara melihat pipi lembut Sakura yang bersemu kemerahan.

Ah, sangat menawan, keluhnya sambil menghela napas sesal. Ia akan mencium Sakura seharian begitu ia kembali nanti. Sakura mungkin akan sedikit marah kalau ia meminta tidur bersama 'kan? Ia menggeleng dalam senyuman. Mungkin Sakura akan menyukai itu sebesar ia menyukainya juga.

Tidur bersama sambil berpelukan pasti akan terasa sangat menyenangkan. Ia bisa menyentuh Sakura sepuasnya, lalu terbangun di pagi hari dengan disambut oleh wajah cantik Sakura yang sedang mengantuk itu. Baru membayangkannya saja sudah membuat ia bahagia.

"Kenapa kau memandangiku seperti itu?" Sasuke bertanya setelah merasakan seseorang berdiri di sebelahnya.

Teman yang satu ini adalah penghuni tetap kamar hotelnya. Sudah berada di sini jauh sebelum hotel ini berdiri, menurut pengakuannya. Wajahnya tak terlihat mengerikan seperti yang lainnya. Pakaiannya rapi seperti orang terpelajar di masa lalu, dengan rambut keriting yang diberi minyak rambut dan disisir menyamping.

Mereka berkenalan begitu ia memasuki kamar ini lima hari lalu. Sasuke menanyakan satu hal, dan pria itu akhirnya menceritakan banyak hal tentang hidupnya, termasuk tentang wanita yang ia cintai dulu ketika ia masih hidup. Wanita yang dipaksa orang tuanya untuk menikahi pria lain karena merasa pria ini tak sepadan.

"Aku juga punya wanita yang kurindukan," jawab Sasuke ketika pria itu bertanya apa yang sedang ia pikirkan dengan wajah bosan dan berpangku tangan. "Ia sangat cantik. Pipinya selalu bersemu saat melihatku," pamer Sasuke. "Dan saat ia tersenyum, ia membuatku ingin menyimpannya di dalam kantongku agar bisa kubawa kemana-mana."

Sasuke mendengarkan perkataan pria itu untuk sejenak, lalu mengangkat bahu sambil memasang ekspresi geli.

"Kau pikir aku menakutkan?" Sasuke menggeleng. "Kau bukan orang pertama yang mengatakannya."

Dibilang menakutkan oleh orang yang bahkan tak menapak lantai, orang lain mungkin akan terbahak-bahak jika mendengarnya. Sasuke kembali menghela napas setelah orang di sebelahnya diam. Sakura mungkin belum pulang kerja sekarang. Jadi ia mencoba untuk menjadi pengertian dengan tidak mengirimi Sakura pesan singkat agar tak mengganggu pekerjaan gadis itu. Ia juga sudah mengirim fotonya tadi pagi, yang ia ambil sambil mengenakan sepatu sebelum berangkat ke seminar.

"Ia tak mengirimiku satu pun fotonya selama hampir seminggu," keluh Sasuke. "Padahal ini sudah terlalu lama dari terakhir kali aku melihatnya."

"Jangan mengomeliku!" sela Sasuke ketika pria di sebelahnya mulai mengomelinya lagi tentang pernikahan. Ia disebut tua karena belum menikah di usia dua puluhan. Yang benar saja.

"Bahkan jika aku mau menikahinya, kau pikir ia mau?" tanya Sasuke sambil mencubit pipinya sendiri dengan tangan yang ia gunakan untuk menopang dagunya sejak tadi. "Ini bukan zaman yang mengharuskan orang-orang untuk menikah di usia belasan, kau tahu. Ia mungkin akan lari ketakutan jika aku tiba-tiba saja mengajaknya menikah."

Hari semakin gelap sementara ia menghabiskan waktu dengan bersungut-sungut di depan jendela. Pria di sebelahnya menemani tanpa bergerak sedikit pun sejak tadi. Jika harus memilih, Sasuke rasanya ingin mengajak pria ini ikut dengannya begitu ia pulang nanti. Pria ini sediki kolot. Tapi orang yang sangat menyenangkan untuk berbicara mengenai banyak topik karena ia sangat cerdas.

Tapi hantu biasanya terikat dengan tempat tertentu; seperti tempat dimana ia mati atau tempat yang paling ia sukai. Ada kasus dimana hantu itu menempel pada orang yang paling ia sukai semasa hidup atau yang paling ia benci.

Romantic Side UndercoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang