Setelah berkunjung di kediaman kami dan melihat Hinata yang terbaring koma, Sasuke tak berkomentar banyak dan cenderung bersikap acuh tak acuh. Sikap profesional Sasuke dalam pekerjaan dan cara pria itu memerlakukan orang lain yang berkaitan dengannya dalam hal itu bisa dibilang cukup bersahabat. Walau dalam banyak waktu sedikit terlalu kejam. Namun dalam hubungan pribadi, Sasuke bisa dikatakan cenderung dingin.
Kecuali padaku. Kurasa ini bukan karena aku percaya diri. Tapi karena sikap Sasuke sendiri.
Waktu yang kami habiskan bersama semakin panjang setiap harinya. Yang awalnya hanya sekadar satu kali makan bersama per hari, menjadi dua kali sehari. Belum lagi kebiasaan pria itu yang terus-menerus mengantar jemputku dari dan ke tempat kerja, membelikan camilan kesukaanku, serta secara rutin mengirimkan pesan tentang kegiatannya sehari-hari beserta foto-fotonya.
Aku tak pernah bertemu dengan orang seperti Sasuke sebelumnya. Pendekatan pria itu terlihat sangat jelas dengan ketertarikan yang sepenuhnya hanya terpusat padaku. Tak ada sikap malu-malu, tak ada keraguan sedikit pun. Pria itu terus melangkah maju tanpa sekali pun mengambil langkah mundur dan membuang-buang waktu.
Mungkin aku selamanya akan menjadi pihak pasif dalam hubungan asmara. Aku juga belum pernah memiliki keinginan untuk menjadi orang pertama yang berinisiatif dalam hal apapun terhadap lawan jenis. Jadi hubungan percintaanku nol besar dengan sederet pria yang akhirnya mengambil langkah mundur dan memutar ke lain arah.
Sasuke berbeda dengan semua pria yang mendekatiku sebelumnya. Malam itu, setelah pria itu menciumku dan mengantarku ke rumah, pembicaraan yang kami rencanakan ternyata tak berlanjut. Aku tertidur dalam perjalanan. Setelah sampai, aku mengajak Sasuke untuk melihat Hinata. Aku terlalu lelah dan Sasuke yang mengetahuinya memintaku untuk beristirahat. Pria itu memelukku erat, memberikan satu senyuman tipis sebelum berpamitan pulang. Kesempatan untuk membicarakan tentang masalalu berlalu begitu saja.
Lalu pada satu hari, saat project kami telah selesai, panggilan telepon dari bibi pengurus Hinata mengejutkanku. Keajaiban itu terasa sangat sulit untuk aku percaya. Perasaan sedih, muram dan kehilangan yang besar yang sudah kurasakan bertahun-tahun perlahan mulai memudar, digantikan rasa mengikhlaskan jika suatu hari jantung Hinata berhenti berdetak.
Aku berusaha walau rasa harap itu masih ada.
"Nona Hinata sudah saar." Begitu yang bibi pengurus katakan dengan suara yang bergetar.
Aku berdiri seketika dari tempat dudukku. Semua perhatian secara alami tertuju padaku. Makan malam perusahaan atas keberhasilan project dan kerjasama kami baru saja dimulai. Sasuke yang duduk di sebelahku ikut berdiri, menatapku dengan tanda tanya di raut wajahnya.
"Aku harus pulang," bisikku padanya. "Saya harus pulang lebih dahulu," ujarku lebih keras pada semua orang.
"Ada apa?" Sasuke mengikuti langkahku keluar dari restoran.
Aku menggigit bibir bawahku. Airmataku mulai mengalir. Jantungku berdetak lebih keras dari biasanya dengan pengharapan yang membuatku mulai berlari kencang. Sampai Sasuke menangkap pinggangku dan menghentikanku untuk sejenak.
"Ada apa?" Tanya Sasuke lagi.
Aku menatap Sasuke. Raut wajah pria itu, tatapan matanya. Semua perhatian yang pria itu tunjukkan padaku. Aku tak mungkin tak menyadarinya. Perasaan pria itu terlihat begitu jelas.
"Semua ini dimulai dari dirimu," kata Sasuke malam itu.
Kurasa aku salah mengartikan sikap pria itu dulu. Sasuke jelas berusaha membuka percakapan denganku semasa kuliah dulu, yang aku tanggapi dengan dingin dan sikap defensif. Pria itu juga beberapa kali menolongku ketika aku berada di situasi sulit setelah menolak ajakan kencan beberapa pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Side Undercover
FanfictionStory List o Never Just be Friend o Stalker o Brother's Friend o I'm not Your Fans o A Little Braver o I say I Love You o Putus o Rain and Kisses o The Night Warrior o The Covenant of Marriage o Pain and Perfect Mate o Hanya Sakura o Dating Days For...