Dream, Beach and A Man #2

1.5K 308 79
                                    

Operasi kecil biasanya hanya berlangsung selama dua sampai tiga jam dan operasi besar bisa saja menghabiskan waktu sampai lima jam. Apalagi jika ada sesuatu hal yang khusus terjadi selama operasi berlangsung. Semua orang yang terkait dalam operasi besar akan sangat kelelahan setelahnya dan memilih untuk tidur di ruang istirahat alih-alih pulang ke rumah masing-masing.

Aku sudah menghabiskan tiga hari tiga malam di rumah sakit dan hanya mendapat tidur nyenyak selama beberapa jam. Aku mengonsumsi lebih banyak vitamin belakangan ini, berusaha makan dengan teratur dan beristirahat kapan pun ada waktu. Juga menjalani tes kesehatan. Tak ada yang salah dengan tubuhku. Hanya saja tak seperti biasanya, kelelahan itu terasa sangat memburuk akhir-akhir ini.

Pria itu juga tak pernah lagi muncul dalam mimpi-mimpiku.

Kami tumbuh bersama. Ia mendewasa seiring berjalannya waktu seolah ia nyata. Hari-hari yang kami habiskan di dunia mimpi itu terkadang membuatku sulit membedakannya dengan kenyataan. Aku menunggunya sepanjang waktu, bahagia dengan rutinitas tidur setiap harinya. Dan tak seperti mimpi lain yang membuatku lelah saat bangun tidur, bertemu dengannya seperti memberikan energi tambahan dalam kehidupanku.

Tapi ini sudah hampir satu minggu dan ia belum juga muncul.

"Ada apa denganmu akhir-akhir ini?" Ino menawarkan sepotong sandwich panggang yang aku terima dengan senang hati.

Aku menikmati makanan lebih dari biasanya beberapa hari ini. Juga mengonsumsi lebih banyak tiap kali aku merasa lapar. Padahal baru beberapa hari yang lalu aku lebih memilih biskuit dan kopi untuk makan siang dan makan malam.

Ini terjadi semenjak aku bertemu Uchiha Ryu.

"Jadwal operasi untuk Uchiha Ryu lebih lama dari yang kuduga." Ino menempatkan diri di sebelahku di bangku taman rumah sakit, lalu mulai menikmati sandwichnya.

Aku mengangguk. "Jadwal operasiku kian padat semenjak dr. Tsunade pensiun," keluhku. "Aku harap rumah sakit mendapatkan lebih banyak dokter ongkolog," tambahku setelah menghela napas.

Ino mengangguk setuju. "Sulit untuk mendapatkan dokter profesional belakangan ini." Ia menyetujui. "Dokter baru memerlukan lebih banyak pengalaman dan waktu lebih lama untuk membiasakan diri."

"Aku takut terlalu kelelahan dan membahayan pasien." Sandwich kedua Ino tawarkan dan aku terima dengan senang hati.

"Itu karena kau terlalu bisa diandalkan." Ino tersenyum lebar. "dr. Tsunade yang terkenal juga memilih untuk menjadi mentormu padahal ia sangat pemilih dan kritis dengan para dokter muda."

Aku menaikan satu alis. "Kau pikir dia tak mengkritikku sepanjang waktu?"

Ino meneguk minumannya sebelum berdiri. "Hanya kau satu-satunya dokter muda yang ia akui di rumah sakit ini. Tentu saja ia akan mengkritikmu lebih banyak dibanding orang lain."

"Kau sudah mau pergi?" Aku meneguk air mineral yang tadi kubawa, lalu mendekati keran yang berada dua langkah dari bangku ini dan mencuci tanganku setelah sebelumnya membuang bungkus sandwich ke dalam kotak sampah di sebelahnya.

"Aku ingin menemui Ryu sebelum pulang."

Ino yang seorang dokter anak memang sangat cocok berada di tempatnya sekarang, pikirku. Merasa bangga untuk temanku satu ini.

"Aku ikut," ujarku mengambil langkah di sebelah Ino.

Senyuman Ino kembali muncul disertai raut wajah heran. Aku selalu berusaha bersikap profesional terhadap pasien dan keluarga mereka. Berlaku ramah namun tetap menjaga jarak aman agar tak memiliki hubungan yang terlalu dekat. Tak semua operasi berjalan sempurna. Sesuatu bisa saja terjadi selama operasi berlangsung. Beberapa pasien bisa saja tak memiliki lebih banyak waktu lagi di dunia ini bahkan setelah operasi dilakukan. Aku tak ingin merasa selalu sedih tiap kali orang yang kukenal dalam waktu singkat akhirnya pergi dari dunia ini.

Romantic Side UndercoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang