"Saya Uzumaki Naruto. Saya putra dari senator Uzumaki Minato, dan saya mencintai putri anda."
"Hentikan."
"Saya bermaksud melamarnya secara resmi jika anda mengizinkan."
"Berhenti Sakura!"
"Aku mencintaimu, Hinata."
"Sakura ... sudah kubilang ... ,"
"Aku juga mencintaimu, Naruto."
"Astaga!"
"Dan mereka hidup bahagia selama-lamanya."
"Oh ayolah ... "
Sakura terbahak sembari menyandarkan punggungnya ke sebuah batang pohon besar di belakangnya. Suasana dari bagian tersembunyi di taman kampus yang pernah begitu terasa akrab masih memberikan kenyamanan yang membuat dirinya sendiri terkejut. Mungkin pertukaran pelajar ke Munchen selama satu tahun memang bukan waktu yang lama.
Tapi tak lama bukan berarti semuanya akan tetap sama begitu ia kembali. Banyak hal yang berubah. Terutama ketika ia menemukan bahwa salah seorang teman prianya yang begitu tak sensitif dan kekanakan memutuskan untuk menikah muda.
Setelah puas terbahak, Sakura menepuk akrab bahu Naruto–orang yang tadi ia tertawakan–yang kini bersungut-sungut sambil mematahkan ranting-ranting kecil yang jatuh di tanah. Sakura tak menyangka bahwa akan tiba saatnya ketika ia harus menghadapi perubahan besar itu: kedewasaan. Masih sangat menakutkan membayangkan jika pada suatu saat nanti ia harus memutuskan untuk melakukan hal yang sama seperti Naruto.
Mungkin sebenarnya bukan Naruto yang kekanakkan, tapi dirinya sendiri. Karena Naruto begitu bersemangat dengan perubahan itu, sedangkan ia merasa aneh. Bukan berarti ia tak bahagia jika Naruto bahagia.
"Aku yakin kau tak pernah menceritakan tentangku padanya," ujar Sakura setengah mengeluh. "Kau 'kan tak pernah menceritakan tentangku pada siapa-siapa."
Naruto yang sejak tadi menggerutu, kini menyengir lebar. "Aku masih selalu bingung harus memulainya dari mana," kata Naruto. "Kau begitu terkenal di kampus ini," tambahnya. "Masalahnya adalah, kau ..." Naruto menunjuk Sakura dengan kedua tangan. " ... adalah tunangan Uchiha Sasuke, anak dari ketua yayasan di kampus ini."
"Dan yang kau sebut masalah sebenarnya bukanlah masalah." Sakura mendengus. "Ia bahkan tak peduli. Jadi kenapa kita harus peduli?"
Naruto menggeleng, lalu menghela napas. "Aku ingat kau mengeluh tentang anak-anak yang mengira kau terpilih dalam pertukaran pelajar karena kau tunangan Si Tuan Uchiha yang terkenal itu."
"Dan itu tak ada kaitannya dalam pembahasan kita saat ini," potong Sakura tak sabar.
"Itu ada kaitannya karena kau tetap pergi setelah itu," tanggap Naruto. "Aku tahu kau. Kau cerdas, sampai pada taraf menjengkelkan. Itulah kenapa kau terpilih." Naruto menangkap lengannya ketika Sakura akan berdiri. "Tapi aku kira kau akan menyerah."
Naruto mengedikkan bahu. "Jika itu kau yang biasanya. Kau pasti akan menyerah," ulang Naruto. "Itu bukan sikap yang baik Sakura, tapi begitulah dirimu." Sakura membalasnya dengan pelototan. "Kau begitu peduli dengan apa yang orang-orang pikirkan tentangmu. Makanya keputusan yang kau ambil satu tahun yang lalu itu seperti bukan kau."
Sakura menarik lengannya yang sejak tadi masih dalam cengkeraman Naruto. "Aku menyimpulkan kalau kau hampir selalu berusaha tak mengenalku di depan semua orang, itu demi kebaikanku, begitu?"
Naruto mengangguk sekali. "Aku tak mau orang-orang membicarakan hal buruk tentangmu karena bergaul dengan orang aneh yang suka berbicara sendiri sepertiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Side Undercover
FanfictionStory List o Never Just be Friend o Stalker o Brother's Friend o I'm not Your Fans o A Little Braver o I say I Love You o Putus o Rain and Kisses o The Night Warrior o The Covenant of Marriage o Pain and Perfect Mate o Hanya Sakura o Dating Days For...