The Covenant of Marriage (3)

3.3K 500 80
                                    

Satu minggu. Satu minggu yang terasa sepi dan membosankan. Sakura tak bisa melarang Sasuke untuk langsung bekerja sehari setelah mereka sampai di Konoha. Terlalu banyak proyek yang sudah pria itu ambil dan harus diselesaikan secepatnya. Sakura sendiri memutuskan untuk menekuni dunia kepenulisan dan sedang menyempurnakan beberapa karya yang akan ia kirim pada penerbit mayor. Ia senang karena Sasuke menepati janjinya dengan mengizinkan ia melanjutkan hobinya. Pria itu bahkan sangat mendukung keputusannya.

Pada minggu kedua, Sakura merasa mulai tak nyaman karena selalu bangun lebih siang dari Sasuke. Ia juga mulai berpikir untuk belajar memasak. Jadi diwaktu ia merasa perlu mengistirahatkan matanya dari menghadap komputer, Sakura memasak. Ia berbelanja dan membeli banyak sekali bahan makanan. Ia belajar secara mandiri dengan menonton banyak video tutorial. Ia baru berani meminta Sasuke mencoba makanan buatannya pada akhir minggu keempat. Ia rasa masakannya sudah cukup layak pada saat itu, dan Sasuke memang bilang masakannya enak.

Bulan ketiga, ketika satu e-mail yang ia tunggu-tunggu sejak lama akhirnya datang. Sebuah pemberitahuan bahwa salah satu karyanya diterima oleh penerbit. Dan seolah semua hal baik sedang berpihak padanya, karyanya yang lain diterima oleh penerbit yang lain. Sasuke memberinya pelukan hangat saat ia memberitahukan hal itu, juga ajakan makan malam di luar. Tapi pria itu terlihat sedikit murung. Ketika Sakura bertanya, Sasuke menjawab bahwa ia sedang sangat lelah. Dan Sakura percaya begitu saja.

Semuanya lancar. Lancar sekali. Pada bulan kelima, dua karyanya resmi beredar di pasaran. Sakura akhirnya mulai dikenal sebagai penulis novel pendatang baru. Tiga karya lain yang ia kirim pada penerbit diterima secara keseluruhan.

Hari itu, hari kelima di bulan ke tujuh, saat ia menghabiskan waktu di depan komputer untuk merevisi beberapa bagian di calon novel terbarunya. Seseorang membunyikan bel. Sakura melihat jam dinding dan mendapati jarum jam sedang bergerak di angka tiga sore. Bukan waktu normal Sasuke pulang bekerja. Pria itu tak pernah pulang kurang dari jam lima.

Sakura mematikan komputernya, mengenakan sweater yang tadi tersampir di bangku kerjanya. Ia melihat ke kamera pengawas di sebelah pintu. Seorang Pria berambut pirang dan bermata biru seolah langsung menatap ke matanya.

"Siapa?" tanya Sakura ramah. Ia tak ingin membuat seseorang tersinggung. Tapi juga tak berani sembarangan membuka pintu.

"Uzumaki Naruto," jawab orang itu. "Kau bisa menelepon Sasuke jika kau ragu."

"Tunggu sebentar," kata Sakura. Ia membuka pintu dan mempersilahkan orang itu masuk setelah mengirimkan pesan pendek pada Sasuke. Tatapan orang itu langsung menelisik ruangan dan berhenti pada meja kerja Sakura yang berada di sebelah jendela kaca besar. Sasuke bilang itu adalah tempat terbaik di rumah ini, dan pria itu menyerahkannya pada Sakura.

"Tempat ini tak banyak berubah," komentar Naruto. "Kecuali meja kerja itu."

Sakura mengangguk sambil mempersilahkan Naruto duduk di sofa tengah ruangan. "Itu meja kerjaku."

Naruto memandangnya kaget. "Sasuke mengizinkanmu mengisi tempat itu?"

Sakura mengangguk lagi. "Ya." Ia berjalan ke belakang meja bar, mengambil dua kaleng minuman bersoda dari lemari es yang berada di sana, lalu menyerahkannya satu pada Naruto yang langsung membuka dan meneguknya banyak-banyak. "Aku sudah mengirimkan pesan pada Sasuke dan memberitahu kalau temannya datang berkunjung."

Naruto mengusap bibirnya dengan ujung ibu jari. "Aku bukan temannya," kata pria itu.

"Jadi kau salah satu kliennya?"

Naruto menggeleng. "Aku lebih dari itu," katanya. Perasaan Sakura tak enak saat mendengarnya. 

Dan ia terbukti benar. 

Romantic Side UndercoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang