Hujan turun deras malam itu. Tak beserta angin kencang hingga tenda-tenda yang berdiri di puncak gunung itu masih dapat melindungi para penghuninya. Tapi cukup membekukan jika saja mereka tak membawa kantung tidur berpenghangat dan cukup selimut. Sakura masih terjaga, menatap tetesan hujan yang menghujam atap tendanya.
Ino di sebelahnya sudah tidur entah sudah berapa jam yang lalu. Sakura terlalu malas untuk melihat perjalanan waktu melalui ponselnya yang tersimpan rapi di salah satu kantung ransel bawaannya. Ia bukannya tak mau tidur, tapi benar-benar tak bisa tidur. Perkataan Sasuke setelah makan malam tadi masih mengambang dalam otaknya, membawa perasaan bahagia yang justru menyesakkan.
Sasuke terlihat tulus saat mengatakannya.
Itulah masalahnya.
Perkataan Sasuke malah membawa perasaan tak enak pada sosok berambut merah yang mengaku sebagai tunangan lelaki itu. Pertunangan bukanlah hal kecil yang bisa diabaikan begitu saja.
Bukankah Sasuke sama saja telah menyetujui sebuah pernikahan saat memutuskan untuk bertunangan dengan Karin?
Satu lagi yang mengusik pikiran Sakura adalah, kenyataan bahwa Sasuke tentu melamar Karin sebelum pertunangan itu. Membayangkan Sasuke melingkarkan sebuah cincin di jari manis Karin menjadi hal yang tak ingin ia bayangkan lebih jauh. Barangkali sudah waktunya ia memaksa matanya terpejam untuk menghindari pemikiran-pemikiran negatif yang mengaduk-aduk perasaannya.
Jadi ia memejamkan mata.
.
Rasanya baru beberapa detik ketika suara-suara aktifitas di luar tenda membuat matanya kembali terbuka. Sakura meringis, merasakan pedih di indera penglihatannya itu, dan kaku di sekujur tubuhnya. Hari sudah pagi, jelas. Bahkan sudah cukup siang jika dilihat dari sinar matahari yang terangnya sampai ke dalam tenda.
Sakura menguap, keluar dari kantung tidurnya dengan tertatih lalu melipat benda itu menjadi gulungan kecil sebelum memasukkannya ke dalam ransel. Ia duduk lama di dalam tenda, sendirian. Ino sudah tak ada di sebelahnya saat ia terbangun tadi. Hal yang sudah biasa karena normalnya Ino memang perempuan yang rajin bangun pagi.
Ia keluar dan menyelinap menjauhi pemukiman sementara mereka dengan membawa kantung mandinya dan kacamata bening berbingkai hitam berukuran besar. Ia berupaya untuk tampak segar dengan mencuci mukanya dengan air dingin dan menyikat gigi cepat-cepat. Tapi matanya masih terasa pedih karena kekurangan tidur.
Bukan hal bagus untuk dilihat oleh siapa saja, terutama oleh Sasuke yang telah berdiri di sebelah tendanya begitu ia kembali. Pria itu tampak segar seperti biasanya. Hanya ada sedikit lingkar hitam samar di sekitar matanya. Itupun jika diperhatikan lebih teliti. Secara keseluruhan, Sasuke terlihat sesempurna biasanya, dilengkapi raut datar dan tak terbaca yang telah menjadi nama tengahnya.
Ada kernyitan halus di dahi lelaki itu saat Sakura berjalan mendekat.
"Aku mengungkapkan perasaanku bukan untuk membuatmu terjaga semalaman," kata Sasuke begitu mereka berdiri berhadapan. Butuh waktu yang cukup lama bagi Sakura mencari alasan masuk akal atas penampilannya yang agak sedikit mengenaskan pagi ini. Mata merah yang berbingkai kacamata, muka pucat dan cara berjalan yang setengah sempoyongan padahal ia tak sedang mabuk.
"Memang bukan keinginanmu," timpal Sakura seraya menggeleng pasrah. "Aku saja yang terlalu membesar-besarkan masalah."
Sasuke menyipitkan matanya. "Kurasa kau tak akan sanggup menuruni gunung hari ini."
Sakura mengibaskan tangannya tak acuh. "Aku tak selemah itu, Sasuke. Aku tak akan pingsan hanya karena kekurangan tidur satu malam."
Panggilan anggota lain memutus percakapan mereka. waktunya sarapan dan bersiap-siap turun gunung setelahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/232315739-288-k186548.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Side Undercover
FanfictionStory List o Never Just be Friend o Stalker o Brother's Friend o I'm not Your Fans o A Little Braver o I say I Love You o Putus o Rain and Kisses o The Night Warrior o The Covenant of Marriage o Pain and Perfect Mate o Hanya Sakura o Dating Days For...