Sembilan

56.9K 4.3K 150
                                    

Saga mendarat kan tubuh dikasurnya, buru-buru Dara bangkit bergerak mundur pada sandaran kasur.

"Ini bisa dianggap pemerkosaan ya Ga, a aku bisa laporin kamu" Walaupun takut Dara memberanikan diri untuk melawan Saga.

"oh ya?"

Dara kesal rasanya jika ia punya keberanian ia ingin menimpuk wajah tanpa ekspresi Saga dengan tas beratnya.

Saga mendekat dari sebelah kiri dan Dara juga menghindar ke sebelah kanan.

Saga mulai menaiki kasur dan Dara menuruni kasur, Saga yang mendekat dan Dara yang menjauh.

Kaki Dara sedikit melemas saat manik mata hitam itu menatapnya tajam. Ia melirik kearah pintu, pintu itu tidak dikunci Ia yakin karna tadi Saga hanya menutupnya.

Dara kembali mengarahkan tatapanya pada Saga, sepertinya cowok itu sudah tau apa yang sedang Dara rencanakan.

Dengan cepat Dara berlari kearah pintu, dibukanya pintu itu namun sebuah tangan mendorong kembali itu hingga tertutup dengan keras.

Dara terkejut hingga memundurkan tubuhnya yang membuat punggungnya menabrak sosok dibelakangnya.

Ia reflek menoleh sedetik setelah menoleh tubuhnya dibalikkan dengan paksa dan disandarkan pada pintu.

Dara belum sempat menyadari apa yang terjadi padanya saat kembali bibir lembut Saga melumat bibirnya. kini ciuman itu lebih kasar dan menuntut dari sebelum-sebelum nya, Dara benar-benar kewalahan karenanya.

Ia menepuk dada Saga kuat, ia butuh oksigen sekarang.

Ciuman terlepas dengan nafas keduanya yang tidak beraturan, manik keduanya beradu dari jarak yang dekat, Dara bisa merasakan nafas Saga di bibirnya. Tinggal ia memajukan wajahnya sedikit bibir mereka akan bertemu lagi sangking dekatanya.

Dara mendorong kuat dada Saga membebaskan ia dari kekangan tangan Saga yang berada  di sisi kanan kiri nya.

Kekangan itu terlepas tapi Saga tidak mundur dari posisinya.

"a aku mau pulang" ucap Dara terbata, kepalanya menunduk dengan tangan yang terkepal untuk menguatkan.

"lo kenapa?"

Dara menggeleng tanpa mengangkat kepalanya.

"Kenapa lo ngenhindarin gue?! Punya yang baru? iya?! Lo tinggal ngomong Dar"

Dara mengangkat kepalanya, namun kembali menunduk tak kuat untuk menatap manik.

"nggak ada yang baru"

Dara bisa mendengar Saga mendengus pelan "terus kenapa lo ngehindarin gue?"

"Aku nggak ngehindar" Dara menjawab dengan mengangkat kepalanya. Tangannya semakin terkepal erat, menahan dirinya agar tetap menatap manik hitam milik Saga.

"bullshit! kabur dari gue, nolak ciuman gue dan pura-pura haid. Itu bukan ngehindar?"

Dara terdiam, tak tau harus menjawab apa.

"maaf" setelah mengucapkan itu tatapan tajam Saga mulai melunak.

"Lo mau kita putus?"

Dara menggeleng ragu,  sebenarnya ia ingin putus tapi ia masih memiliki tugas untuk membuat Saga dan Luna pisah akan sangat susah bila Ia dan Saga putus.

Tapi jika ia dan Saga putus apakah Farhan akan tetap menyebarkan foto-foto itu? Sepertinya iya. Cowok itu akan melakukan apapun untuk membuat Saga dan Luna putus.

Lamunan Dara buyar saat ponsel Saga yang berada di saku cowok itu berbunyi.

Ia sempat melirik sekilas dan nama Luna yang tertera disana, sebelum menerima panggilan itu Saga menatap kearahnya sekilas lalu berjalan menjauh menuju jendela besar yang menunjukkan pemandangan luar.

Apa yang akan ia lakukan sekarang? Kabur? Ia tidak memiliki gairah untuk kabur sekarang. Tapi di lain sisi ia takut Saga kembali menyerangnya, yang mungkin ia tidak akan lolos untuk kedua kalinya.

Dengan perlahan Dara membuka pintu kamar sesekali menoleh kearah Saga yang memunggunginya.

Ia menghembuskan nafas lega saat ia keluar dengan mulus.

Dengan sedikit berlari ia menuju ke ruang tamu mengambil tasnya dan berjalan ke pintu utama.

Terkunci?!

Tubuh Dara merosot kelantai, hilang sudah harapannya untuk pulang. Ia pun bangkit dari duduknya yang tidak etis berjalan gontai kearah sofa.

Disana ia menyadarkan punggungnya disandaran menatap langit-langit apartemen Saga yang berwarna abu-abu tua.

"pengen pulang"

Reflek Dara menoleh ke pintu kamar saat mendengar pintu terbuka dan benar Saga muncul dari sana dengan penampilan yang lebih rapi dari pada yang tadi.

Dara mengerutkan keningnya, dari penampilannya Saga sepertinya cowok itu akan keluar.

Kemana?

Harusnya Dara tidak peduli, kemanapun cowok itu pergi bukan urusannya yang terpenting sekarang ia bisa pulang kerumahnya dan jauh-jauh dari bahaya yang dinamakan Saga.

"lo pulang"

Mendengar itu Dara bangkit dengan semangat.

akhirnya, Batinnya senang.

"gue mau keluar sama Luna"

Dara mengangguk lalu mengikuti langkah Saga menuju pintu apartemen cowok itu.

Dengan langkah sedikit dicepatkan Dara mengikuti langkah lebar Saga dari belakang cowkm itu, karena ia tidak hapal dengan jalan yang ia tadi ia lalui.

Ia sedikit menyurutkan tubuhnya kebelakang saat beberapa orang memasuki lift yang membuatnya mau tak mau mengisi ruang kosong dibelakangnya.

Dara mendongak saat merasakan seseorang merangkul bahunya, Saga?. Tentu saja, memang siapa lagi?

"Lo dijemput?" tanyanya berbisik di telinga Dara.

Dara mengangguk menjauhkan wajahnya dari Saga "iya"

Saga mengangguk kembali menggakkan tubuhnya.

Tak ada pembicaraan lagi hingga keduanya sampai di lantai dasar, Saga menarik tangan Dara untuk keluar bersama.

Tiba didepan Saga berhenti berbalik menghadap Dara "jemputan lo belum dateng?"

Dara reflek menepuk dahinya ia lupa untuk menelpon Mamanya. Ia merogoh hpnya, setelahnya mengetikkan pesan untuk supirnya karena Mama nya kembali tidak aktif.

Untung saja kali ini pak Kadir langsung membaca pesannya dan kini mengetikkan sesuatu.

Pak Kadir
Baik non
Ditunggu ya

Iya pak, agak cepetan ya pak

S

iap non

Dara mematikan hpnya, tatapannya terangkat pada Saga yang masih berdiri didepannya.

"kenapa belum jalan Ga?"

"udah dateng jemputan lo?"

"enggak masih dijalan, kenapa?"

"Masih lama?"

Dara mengangguk.

Saga ikut mengangguk beberapa kali.

"yaudah gue pergi"

Dara mengangguk, punggung Saga semakin menjauh menuju parkiran dimana Saga memarkirkan mobilnya.

Jujur Dara sempat mengira Saga akan menawarinya tumpangan atau tidak menemaninya hingga jemputannya datang, ternyata ia salah cowok itu hanya basa-basi.

Ekspektasinya tidak salah Saganya saja yang salah, seharusnya tidak usah bertanya-tanya bila hanya basa-basi.

***

Up nya terlalu malam karena baru selesai ngetik, tapi setidaknya diriku tidak kepikiran dengan janji manisku yang bakalan double up hari ini.

See you guiss

Nerd To AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang