Tujuhbelas

42.7K 3.7K 185
                                    

"pstt Dar"

Dara yang sedang menunduk memakan nasi gorengnya merasakan senggolan dibahunya, ia menoleh kearah Tia yang malah menunjuk dengan dagunya.

Saga, Luna dan teman-temannya.

terus kenapa?

Dara kembali menoleh ke Tia dengan kerutan di dahi.

"liat deh Dar lo sadar nggak sih mereka berdiri di situ sambil ngeliatin ke bangku kita"

Dara mengangguk mengerti sal"eh iya, kenapa mereka ngeliatin kita?"

Sisil yang berada didepan mereka mengangkat bahunya "Ngepens maybe"

"eh si Luna jalan kesini njer, si buntutnya ngikut juga"

Dara meringis mendengar ocehan Tia, tapi tak urung ia juga merasa sedikit tak nyaman saat Luna, Saga dan Teman-temannya berjalan ke bangkunya.

Dengan canggung Dara membalas senyuman Luna, tatapanya beralih pada cowok-cowok dibelakang Luna. Ia kembali tersenyum dengan anggukan kecil saat Rian melambai dengan senyum lebarnya.

Beralih ke sosok disamping Rian, senyumnya seketika luntur. Entah mengapa melihat wajah datar Saga langsung bisa mengubah moodnya, tatapan cowok itu lurus mengarah kearahnya.

Dara langsung mengalihkan tatapanya pada Tia yang ternyata juga menatapnya.

"gue yakin bentar lagi Si Luna bilang 'kita boleh gabung nggak soalnya nggak ada bangku kosong lagi' "

Dara terkekeh geli mendengar ucapan Tia, sudah tertebak memang.

Dara, Sisil dan Tia menoleh kearah Saga, Luna dan teman-temannya yang kini sudah berdiri disamping bangku mereka.

"Kita gabung ya? Soalnya bangku kosong cuma disini yang lainnya penuh semua"

Dara, Tia dan Sisil saling lirik melirik sembari tunjuk menunjuk untuk menjawab dengan tatapan.

"bukannya nggak ngbolehin Lun, tapi seperti yang lo liat bangku kita nggak cukup buat kalian ber lima" ucap Sisil diangguki oleh Tia.

Pipi Luna mengembung dengan bibir mengerucut "yah sayang banget padahal gue lagi laper banget"

"Kamu bisa cari bangku lain yang udah mau selesai makannya" ucap Dara sembari melihat sekitar kantin untuk membantu Luna mencari bangku kosong ataupun bangku yang akan ditinggalkan orangnya.

"Nah itu Lun mereka udah selesai" tunjuk Dara pada bangku yang kini sudah ditinggalkan.

Semua yang berada di bangkunya menoleh pada tunjukkan Dara.

Luna kembali menoleh kearahnya, ia mengangguk dengan wajah yang terlihat sedikit kecewa.

"oke makasih, kalau gitu ke kesana dulu"

Dara, Sisil dan Tia kompak mengangguk. Kelima orang itu pergi lagi-lagi mengikuti dibelakang Luna, Jika dilihat seperti ini Luna benar-benar seperti dijadikan ratu oleh mereka.

Alis Dara berkerut saat salah satu dari mereka berbalik dan kembali melangkah kebangkunya.

"hadeh kenapa lagi sih tuh orang" Tia mencebik melihat Rian yang sudah berdiri disamping bangku mereka dengan cengiran.

"kalau gue sendiri duduk disini cukup kan ya" tanyanya sembari menaik turunkan alis.

"nggak cukup makin sumpek kalau ada lo" Sisil menolak dengan wajah yang tak bersahabat.

Wajah cerah Rian berganti kesal "penolakan ditolak, gue pokoknya duduk disini. Gue mau pesen tungguin ya babe jangan buru-buru makannya" Rian pergi menjauh dari bangku mereka menuju gerobak penjual bakso.

Nerd To AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang