Dara mendudukan tubuhnya dengan lesu, jaket yang berada ditangannya ia gunakan untuk menutupi kepalanya yang terbaring di meja.
Ia lelah, sejak dari gerbang depan banyak kejadian yang terjadi padanya. Dari orang-orang yang menyenggol tubuhnya jika dihitung ada 7 orang dan semuanya beralasan tidak sengaja ia biarkan walau sesungguhnya ia menaruh curiga. Ada juga bola basket yang mengenai kepalanya, ia merasa pusing karna leparan itu sampai sekarang. Dan yang terakhir air pel-pel an yang entahlah disengaja atau tidak mengenai sepatunya hingga sepatunya basah begitupun dengan kaos kaki yang dipakainya.
Dara mencebik dalam pejamnya, mengingat apa saja yang terjadi padanya membuat dirinya kesal dengan sosok yang ia yakini sebagai pelaku utama kejadian pagi ini.
Sesungguhnya ia sudah mewanti-wanti dan mempersiapkan diri sejak kemarin dengan apa yang akan Saga lakukan padanya. Tapi tetap saja ia tidak bisa menghindari masalah yang dibuat Saga untuknya.
"Kenapa lo Dar?"
Dara mendengar pertanyaan dari Sisil namun enggan untuk merubah posisinya.
"nggak papa cuma ngantuk aja"
"nggak sakit kan Dar?" kini gantian Tia yang bertanya.
"enggak cuma ngantuk kok"
Dara akhirnya menyingkirkan jaket dari wajahnya, ditegakkannya tubuhnya. Ia mengerutkan kening kedua sahabatnya menatapnya aneh.
"kenapa?" tanyanya sedikit ragu.
"lo pagi-pagi kenapa udah lecek gini, rambut lo juga kenapa kusut gitu" Tia berdiri dari duduknya dan mulai membenarkan rambut Dara yang memang kusut dibantu Sisil yang mengelap wajah Dara dengan tisu basah.
Dara menurut saja, ia lelah. Ia hanya melihat pegerakkan kedua sahabatnya yang memoles wajahnya dengan make up yang dibawa oleh keduanya.
"nah selesai, kalau gini kan enak dipandang fresh gitu" bangga Sisil menawarkan high five dengan Tia.
Tia mengangguk membalas Sisil.
Dara mengangguk saja, memang kemampuan dua sahabatnya tidak diragukan.
Tatapan ketiganya beralih pada dua sosok yang memasuki kelas dengan bergandengan mesra, tawa mereka terdengar seru dan pastinya keduanya terlihat sangat serasi.
Dara melirik Sisil dan Tia yang ternyata juga meliriknya.
"Bucin everyday" celetuk Tia merapikan alat make up nya dan memasukkanya kedalam tas. Begitupun dengan Sisil yang sudah merapikan make up nya dan kembali duduk.
Dara melirik kearah Saga dan Luna yang sudah berada disamping bangku Saga dan Tia.
"permisi, lo bisa pindah gak? gue mau duduk disana, sebentar aja kok" tanya Luna pada Tia yang hanya diangguki malas oleh Tia.
"makasih" ucap Luna menduduki bangku Tia di ikuti Saga yang duduk dibangkunya.
"Sama-sama" Tia membalas, setidaknya Luna berterimakasih sehingga tidak menambah kekesalannya.
Tia beralih duduk di bangku Dara dan Sisil, yang membuat ketiganya duduk sempit-sempitan.
"Ambil kursinya Dewi napa sih Ti" Ucap Sisil sedikit kesal, kesal karna Tia mau-mau saja pindah dari duduknya padahal nolak juga bisa, Sisil menunjuk bangku disamping Dara dimana bangku Dewi yang kosong belum ada orangnya.
Tia menggeleng "enak an gini"
"Tapi sempit Ti" Dara juga ikut berucap mereka sempit-sempitan menyusahkan dirinya untuk bergerak.
Tia memajukan bibirnya "iya-iya" Tia mengambil bangku Dewi dan menggesernya untuk dekat dengan kedua sahabatnya.
Setelah duduk Tia melirik kearah depannya yang lagi-lagi menunjukkan kemesraan tiada habis pasangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd To Antagonis
FantasyBagaimana jika gadis cupu tapi tidak polos yang sangat menyukai novel bertransmigrasi ketubuh Dara antagonis sekaligus selingkuhan male lead di novel My Luna. Akan direvisi sebagian besar