Hari ini adalah hari kedua Dara menjadi babu, awalnya ia ingin lari dari tugas itu untuk beberapa hari dengan membolos sekolah.
Tapi ia berubah pikiran karena merasa kejadian kemarin bukan sesuatu yang besar baginya hingga harus membolos untuk hal itu, lagian ia takut absennya ia menjadi babu Saga membuat Saga menggantinya dengan hari lain dan membuat ia semakin lama menjadi babu cowok itu.
Kini ia berjalan santai memasuki gerbang sekolahnya, beberapa orang ia lalui melihatnya dengan pandangan yang tak biasa. Yah sejak ia menjadi babu Saga orang-orang berpikiran buruk tentang dirinya, yang pada intinya mereka menganggap dirinya adalah wanita yang ingin merebut Saga dari Luna.
"Woy!"
Dara berhenti, diresapinya suara itu ia sepertinya kenal suaranya. Mungkin ia salah dengar,Ia kembali berjalan.
"Dara!"
Ia kembali berhenti, fix itu Saga.
Ia berbalik, dilihatnya Saga yang berjalan kearahnya. Sendiri? Tumben biasanya cowok itu membawa mobilnya sendiri. Tapi kini dilihatnya Saga yang berjalan dari gerbang tanpa mobil hitamnya dan juga tanpa Luna.
"Kenapa?" Tanya Dara saat Saga sudah ada didepannya.
"Pegangin"
Mata Dara melebar, tas yang di berikan Saga padanya benar-benar berat.
"Berat banget, isinya apa sih" gumamnya sembari mengikuti langkah Saga yang berada didepannya.
Ditengah perjalanan kekelas karna tak lagi kuat, ia berhenti dan duduk di bangku depan kelas 10. Ia biarkan saja Saga yang kini sudah berjalan jauh darinya.
"Lo kenapa Dar?" Kepala Dara mendongak, didapatinya Rian yang berdiri didepannya.
Dara segera bangkit, cepat berjalan dan meninggalkan Rian.
Rian mengejarnya "Dara!"
Dara mengabaikan panggilan itu, semakin mempercepat langkahnya.
"Dara" lengan Dara ditahan membuat Dara berhenti, cowok itu menariknya menjauh dari keramaian koridor.
Dara terus menarik kuat tangannya namun Rian malah menguatkan pegangannya.
Rian menghentikan langkahnya di taman tak jauh dari tempat mereka tadi, saat ini taman sangat sepi hanya ada mereka berdua.
"Stop Dar" Dara menggeleng semakin kuat menarik tangannya "Lo kenapa sih? Kenapa lo ngehindarin gue?"
Dara masih tak berniat menjawab "lo kenapa sih lepasin!"
"Enggak Lo jawab, kenapa Lo ngehindarin gue? Masih karna kesalahan gue pas itu?"
Dara tak menjawab sibuk menyingkirkan tangan Rian.
"Oh gue tau Saga yang nyuruh lo kan?"
"Apaansih pertanyaan Lo nggak penting tau gak"
"Bener pasti Saga yang nyuruh Lo ngejauhin gue" Rian berdecih "Lo kenapa sih mau aja nurutin permintaannya si Saga?"
Dara berhenti memberontak, ia menatap Rian lekat.
"Saga nyuruh gue ngejauhin lo karna dia tau niat busuk lo"
Alis Dara berkerut melihat Rian yang malah terkekeh pelan "Ck ternyata udah tau, gak kaget sih Saga Dewangga, he can do anything what he wants"
"Yaya Gue sedikit salut sih ternyata jalang kayak lo bisa sok jual mahal ya"
Plak
Dara menampar kuat wajah sok Rian, yang lagi-lagi reaksi cowok itu hanya terkekeh pelan sembari mengusap pipinya yang terkena tamparan.
"Lo marah gue panggil jalang? Really?"
Dara tetap bungkam dengan tatapan tajam mengarah pada cowok itu. Tangannya yang terasa panas karna tamparan itu terkepal erat.
"Kalau bukan jalang apa dong pelacur?
"Lepasin tangan Lo" perhatian Dara dan Rian teralih pada Saga yang kini merangkul Dara dan menjauhkannya dari Rian.
"Sekarang Lo berani ya mesra-mesraan di depan umum sama jalang Lo"
Dara menahan ringisannya saat merasakan remasan dibahunya. Ia menatap protes Saga yang menatap datar Rian.
"Apapun yang gue lakuin bukan urusan Lo"
"Urusan gue karna Lo udah ngeduain Luna!" suara Rian meninggi, rahangnya mengeras dengan tatapan nyalang.
"Bukannya kalian yang main dibelakang gue?"
"Ck gue dan Luna nggak pernah selingkuh dibelakang lo anjing!"
"Oh ya? Gue sering liat Lo ada dikos-kosan Luna. kalian ngapain?"
"Kita nggak ngapa-ngapain" Luna datang membuat ketiga orang tersebut terkejut, cewek itu berdiri disamping Rian menatap pada Dara dan Saga lalu turun pada rangkulan Saga pada pundak Dara.
Dengan cepat Dara melepaskan rangkulan Saga, yang menyebebakan tatapan protes Saga terarah padanya.
"Aku yang minta Rian nemenin aku nggak lebih, dia cuma ngehibur aku yang stres mikirin kamu sama jalang kamu lagi mesra-mesraan"
Dara menggigit bibir bawahnya, kepalanya menunduk.
"Jangan berpura-pura jadi yang paling tersakiti deh Lun. Dari dulu gue udah bilang jangan pernah suka sama gue karna sejak awal gue nggak punya perasaan ke lo dan kalau bukan karna orangtua gue, gue nggak akan macarin lo"
"Kenapa?! Kenapa kamu nggak pernah coba buka hati kamu buat aku?!"
"Tanpa lo suruh pun gue udah coba buka hati gue ke lo. Tapi apa perasaan gue ke lo nggak pernah berubah"
Luna menggeleng dengan air mata yang mulai turun "itu pasti karna jalang ini kan? Apa karna dia kasih kamu kepuasan kamu jadi cinta sama dia? Aku juga bisa Saga, jika kamu minta aku akan dengan sukarela lakuin apapun buat kamu"
"Luna! stop! Jangan jadi murahan cuma karna cowok brengsek kayak dia" Rian menguncang pundak Luna.
"Udahlah mending kalian pergi dari hadapan gue, muak gue"
Rian menatap Saga marah, tinju Rian yang hendak menghantam Saga tertahan oleh tangan Luna. Cewek itu menggeleng.
"Kita pergi aja"
Sepeninggalnya Luna dan Rian, Dara langsung berlari menuju kelasnya. Tak pedulikan bisikan-bisikan tentang dirinya di kanan kirinya.
Ia ingin pulang, pulang kedunianya dulu. Ia benar-benar tak bisa untuk lama-lama disini. Bukan ia yang melakukan tapi kenapa ia yang menanggung rasa bersalahnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd To Antagonis
FantasiBagaimana jika gadis cupu tapi tidak polos yang sangat menyukai novel bertransmigrasi ketubuh Dara antagonis sekaligus selingkuhan male lead di novel My Luna. Akan direvisi sebagian besar
