Dara duduk dibangkunya sembari mengetik balasan untuk pesan Tia yang menanyakan keberadaanya.
Matanya melirik kearah pintu, Saga muncul dari sana. Cowok itu menatapnya sekilas lalu mengalihkan pada hp yang dipegangnya. Hanya Sendiri? Tumben?
Dara mengangkat bahunya, apa pedulinya. Ia berdiri dari duduknya ingin keluar untuk pergi ke kantin dimana kedua sahabatnya berada. Sesungguhnya ia sedang malas untuk berjalan namun karena kehadiran Saga ia memutuskan lebih baik menggerakkan kakinya dari pada berdekatan dengan cowok itu.
Meskipun di kelas bukan hanya mereka berdua tapi Dara tetap merasa tak nyaman.
Saat berpas-pas an bahu keduanya bersinggungan, padahal Dara sudah berusaha untuk sedikit menggeser tubuhnya agar dirinya tidak bersentuhan dengan Saga.
Dara berhenti tepat setelah aksi tabrakan bahunya dan Saga, ia menatap tangannya yang dicekal oleh cowok itu.
Dara menatap Saga dengan kerutan dahi, tangannya ia tarik untuk lepas.
"lepasin Ga!"
Terlepas usaha kerasnya membuahkan hasil, Dara langsung memundurkan tubuhnya menatap Saga yang juga menatapnya datar. Dara hendak kembali melanjutkan langkahnya namun ucapan Saga yang membingungkannya membuatnya menoleh lagi pada cowok itu.
"Segera" ucap Saga dengan melangkah pada bangkunya, cowok itu duduk tanpa melihat lagi kearah Dara bahkan kini terlihat sibuk mengetikkan sesuatu pada hpnya.
Dara menatap Saga bingung, apa maksudnya segera?. Segera apa?
Dara mencebik kesal, Saga benar-benar membingungkan dan sangat tidak jelas.
Dara melanjutkan langkahnya tanpa mau memikirkan lagi ucapan dari Saga, seperti biasa jangan pedulikan.
***
"si Saga parah banget nyuruh orang-orang agar lo kena masalah" Ucap Sisil sembari memakan nasi goreng ke duanya dengan nafsu. Antara kesal dan lapar.
Tia hanya mengangguk sibuk membantu Dara membersihkan bercak merah yang lagi-lagi berada di seragam Dara, dan masih seperti yang tadi seseorang menabraknya dan menumpahkan makanan orang itu ke seragamnya.
Tentu ini sudah sangat jelas kesengajaan.
Jika begini ia harus benar-benar membicarakannya dengan Saga. Jika tiap hari seperti ini ia bisa frustasi karna kesal.
"nanti kalau lo mau demo ke Saga kita bantuin" ucap Tia membuat Dara mengangguk.
"Dah" Tia membuang tisu yang digunakannya untuk membersihkan baju milik Dara.
Tidak hilang sepenuhnya tapi setidaknya bercaknya hanya samar-samar terlihat."gue heran deh sama Saga, memanganya tuh cowok gak takut apa Luna curiga karna tiba-tiba minta Dara buat jadi babunya. Kayak gini, dimata Luna, Dara itu cewek yang gak pernah berurusan dengan Saga tapi tiba-tiba Saga mau Dara jadi babunya. Big question sih" Ucapan Tia membuat kedua temannya juga ikut memikirkan apa yang diucapkannya.
"nah ya itu apa yang melatar belakangi si Saga, apa jangan-jangan tuh cowok gamon kali Dar sama lo"
Dara menggeleng "nggak mungkin lah, orang dia aja gak suka sama gue"
"Ya kan mungkin aja dia suka sama lo tapi milih buat mendem aja"
"dia bucinnya Luna" Dara mengelak lagi.
"iya juga sih, terus kenapa dong Saga mau lo jadi babunya. Lo yakin nggak pernah buat masalah yang buat Saga dendam sama lo?"
"nggak ada, gue juga minta putusnya dalam batas wajar, gak aneh dan gak pake emosi juga" Dara menjawab pertanyaan Sisil dengan jujur. Ia sangat yakin tidak ada masalah apapun yang membuat Saga dendam padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd To Antagonis
FantasyBagaimana jika gadis cupu tapi tidak polos yang sangat menyukai novel bertransmigrasi ketubuh Dara antagonis sekaligus selingkuhan male lead di novel My Luna. Akan direvisi sebagian besar