Sha seketika terjaga dari tidurnya mendengar suara ketukan keras pintu apartemennya. Siapa yang datang pagi-pagi begini? Baru pukul 5 pagi. Sha melirik suaminya yang masih tertidur pulas seraya mendekapnya. Sedikit tak tega jika membangunkannya.
"Siapa yang berani merusak mimpi indahku?"
Sha mengerutkan keningnya mendengar gumaman tak jelas pria itu.
"Kau bermimpi apa?"
"Aku bermimpi aku sedang bercinta di bathup."
Sha membulatkan matanya sempurna. Menelan ludahnya kasar. Pria itu mesum sekali.
"Dengan?"
"Shahinaz Malika Harrison."
Sha semakin gugup mendengarnya. Oh.. ini buruk sekali. Pria itu masih memejamkan matanya kemudian menyurukkan wajahnya ke dadanya.
"Hangat sekali.." ia bisa merasakan degupan jantung yang sangat keras dari istrinya. Apakah wanita itu kini sudah mencintainya?"
"Bran.."
"Hmm?"
"Ada tamu di depan."
"Biarkan saja! Kita tidur lagi. Aku mau melanjutkan mimpi indahku."
Sha menatap pria itu sendu. Malang sekali nasib pria itu yang tak mendapatkan jatah dari istrinya. Bahkan ketika kehamilannya sudah memasuki usia 6 bulan.
Di sisi lain, suara gedoran pintu masih terdengar keras.
Pria itu seketika bangkit dari tidurnya. Sudah geram dengan bedebah sialan itu. Gibran segera menelepon resepsionis untuk mengusir perusuh yang mengganggunya dan istrinya.
"Bran, bagaimana jika orang itu penting?"
"Tidak. Ayah dan Ibu juga pasti tahu waktu dan tata krama jika memang mengunjungi kita."
"Bagaimana jika itu Viona?"
"Bukan. Viona tidak di kota ini."
"Huh? Bagaimana kau tahu?"
"Dia mengirimiku pesan, sayang. Karena tak bisa menghubungimu. Dia di kota xx saat ini."
"Benarkah?"
"Ya, aku lupa memberitahumu. Cek lah ponselku jika ingin tahu."
Sha menggeleng kepalanya, "Aku percaya."
"Kau tak ingin melihat ponselku?"
"Nanti saja, aku masih mengantuk."
Pria itu mengangguk mengusap air mukanya yang berkeringat. Sha tahu.. sangat tahu apa yang menjadi penyebab pria itu berkeringat. Gibran menatap Sha dalam diam. Berhasil membuat jantung Sha berdegup kencang. Sorot mata sayu itu seakan ingin memakannya. Perlahan tangannya terayun menyentuh wajah cantik wanita pujaannya.
Memejamkan matanya mengikuti nalurinya. Mendekatkan wajahnya pada istrinya. Ia tak tahu apakah istrinya akan menerima ciumannya atau tidak. Tapi, kini ia sangat butuh ciuman wanita itu.
Hembusan nafas wanita itu menerpa wajahnya. Nafas yang selalu memabukannya. Sedikit lagi.. sedikit lagi bibir keduanya akan bertemu. Tapi, Sha dengan tiba-tiba menarik diri. Membuat pria itu menatapnya heran.
"Maaf.. aku.."
"Tidak apa-apa. Aku mengerti," ia tahu diri mungkin istrinya belum siap menerimanya.
"Maaf." Ada rasa penyesalan menolak suaminya.
"Tidak apa-apa. Tidurlah lagi! Aku akan ke kamar mandi sebentar."
Sha menelan ludahnya kasar merasa tak sanggup dicium pria itu. Walau mereka sudah sering melakukan kontak kulit. Apakah ia jahat?
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE HERZ ✓ (COMPLETED)
Short Story(Follow sebelum baca) Bagaimana jika salah satu sahabat terbaikmu memperkosamu? Apa yang akan kamu lakukan? --- "Jadilah istriku!" "Jangan gila Bran!" --- Cover by pinterest Buku keempat Big Boss and Me #2 in puisi