(34)

12.1K 727 6
                                    

"Selamat ulangtahun Gibran sayangnya Mommy."

Pria itu memeluk Mommynya erat kemudian Daddy-nya. Menumpahkan semua kerinduannya pada kedua orangtuanya. Astaga.. ia sama sekali tak menyangka akan dikunjungi oleh kedua orang tuanya. Tak lupa ayah dan ibu mertuanya juga datang.

"Jadi.. kapan kalian akan menggelar pernikahan ulang?" tanya Mommynya tak berbasa-basi.

Pria itu menatap istrinya sejenak.

"Kurasa.. aku akan mendiskusikan ini lagi dengan istriku, ya kan sayang?"

Sha mengangguk sambil tersenyum tipis. Entah kenapa Zafer yang hadir disitu ingin memuntahkan cairan lahar panas dalam tubuhnya mendengar pria apatis itu menjadi bucin. Berbeda dengan Viona, gadis itu mengulum senyumnya, akhirnya mereka berdua bersatu. Kedua sahabatnya bisa bersama-sama.

"Sayang.. aku juga ingin menikah denganmu," bisik Zafer.

"Jangan membahas ini lagi!" geramnya berbisik.

"Kita harus membahas ini ke jenjang yang lebih serius."

"Zafer.. kau dicari Dadda dan Mamamu, nak," ujar Mommy Skyla sekedar bercanda. Tentu tahu ia tahu maksud pria itu datang ke Indonesia.

"Iya, aku tahu.." ia menggaruk kepalanya salah tingkah.

Panggilan kedua orangtuanya jadi terbongkar di depan pujaan hatinya. Mau ditaruh dimana mukanya?

"Dada.. mama.. huh?" goda Viona tertawa cekikikan.

Sha dan yang lainnya ikut tertawa.

"Apa cucu mommy sehat, sayang?" wanita itu menuntun Sha untuk duduk bersama Daddy, ayah dan Ibu Sha.

Lain halnya dengan Gibran, ia tak tahu harus bagaimana meminta maaf dengan ayah dan ibu mertuanya lagi. Karena pertemuan terakhir mereka tidak berjalan baik.

"Nak Gibran.." panggil Ibu mertuanya.

"Iya, Ibu.." pria itu bergegas duduk di samping Ibu dan ayah mertuanya.

"Selamat ulang tahun, semoga menjadi lebih baik dari Gibran yang sebelumnya."

"Tentu saja. Terimakasih bu.."

"Hmm.. sering-seringlah datang ke rumah. Pintu kami selalu terbuka."

Gibran mengangguk kecil. Ia sedikit malu menjadi pengecut yang berani-beraninya menikahi puteri mereka, tanpa sepengetahuan mereka. Siapa yang tidak marah?

"Terimakasih.."

Gibran diam-diam tersenyum menatap istrinya yang sedang bercengkrama dengan yang lain. Selalu saja.. kado dari istrinya adalah yang terbaik.

***

"Setiap hari tidak baik, Bran.."

"Tapi bagaimana bisa aku tahan jika istriku saja sangat seksi setiap hari?"

"Shuut! Astaga.. kau mesum sekali!"

"Aku serius. Aku sedikit keberatan saat Mommy dan daddy menginap disini selama tiga hari. Aku jadi tak leluasa."

"Belum dua jam Mommy dan Daddy pulang kau sudah menjadi durhaka?"

"Bukan durhaka tapi sedikit jengkel saja."

"Bran.. sadarlah! Kau harus kembali ke jalan yang benar."

Pria itu tertawa geli, "Hahahaa.."

"Apa yang lucu?" tak merasa sedang melucu.

"Kau berkata seakan-akan aku tersesat di jalan yang salah. Padahal, kita bukanlah melakukan dosa."

Sha terdiam.

"Aku sedang mencari ladang pahala dari istriku."

"Itu alasanmu saja. Bran.. kau harus bisa mengendalikan nafsumu yang menggebu-gebu itu tidak baik."

Pria itu mengendikkan bahunya tak acuh, "Itu normal sayang.. tapi.. bukankah kau senang juga?"

"Tidak."

"Siapa yang menjeritkan namaku? Gibran!!" menirukan suaranya dengan persis.

"Apaan sih Bran.." wajah wanita itu memerah.

"Iya kan?" ia suka menggoda istrinya.

"Itu tidak benar. Kenapa kau frontal sekali," ujarnya geram.

"Ih.. lucunya nyonya Gibran.." mencubit pipi istrinya gemas.

"Awh.. sakit.."

"Itu jeritan saat pertama aku memasukimu."

"Bran!"

Pria itu tertawa terbahak-bahak. Astaga.. jokes pria itu sangat kacau. Sha menggeleng kepalanya jengah.

"Bran.. jangan lupa temui tante Kaila dan paman Raihan." (Ada di cerita Selebram Wedding)

Gibran seketika terdiam sejenak. Hah.. wanita penuh drama itu..

ONE HERZ ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang