"Seminggu ini Viona terus menceritakan apa yang tak kutahu darimu. Aku mencoba mencari tahu semua tentangmu karena aku ingin menjadi istri yang terbaik untukmu. Aku ingin memperbaiki semua kesalahanku.." wanita itu terus mengusap rambut suaminya yang ada di pangkuannya.
"Dengan meninggalkanku sendirian selama seminggu?"
"Itu hukumanmu karena kau selalu mengurungku."
"Aku tidak mengurungmu, honey. Kau boleh keluar kemanapun yang kau mau.."
"Oh ya?" seakan tak percaya dengan kata suaminya.
"Tapi tentunya harus denganku."
Sha menghela nafas panjang, "Jika aku terus bersamamu aku takut kau akan bosan denganku."
"Siapa bilang??"
"Bisa saja, Bran."
"Tidak."
"Bisa saja."
"Takkan terjadi."
"Bertahun-tahun kita bersama, bisa saja kau bosan melihat wajahku, suaraku, kehadiranku."
"Aku cinta mati padamu. Apa itu cukup menjawabnya?"
"Itu tak menjamin semuanya."
"Apa yang bisa membuatmu percaya padaku?"
"Waktu yang akan menjawabnya, suami."
Pria itu mengulum senyumnya. Suami. Panggilan yang unik. Hal sekecil itupun ia bisa bahagia. Bagaimana bisa ia bosan dengan wanita ini?
"Apa kau sudah mulai bekerja?"
"Yeah.. tapi aku ingin fokus dulu dengan istriku. Hubungan kita sudah jelas akan dibawa kemana. Aku ingin memastikan perasaanmu padaku setiap hari."
"Kau ragu denganku?"
"Selama cinta belum hadir padamu aku takut kau akan berubah."
"Bran.."
***
"Selamat pagi.." pria itu mengerutkan keningnya tak mendapati istrinya tidur di sampingnya. Oh astaga! Apa tadi itu mimpi? Apa ia belum habis masa hukumannya?
Namun ketika mendengar suara istrinya dari luar membuat hatinya tenang. Bukan mimpi ternyata..
"Iya bi. Tolong ya persiapkan semuanya."
Gibran mengerutkan keningnya samar, "Menyiapkan apa?"
Ceklek!
Pria itu berpura-pura menguap lebar. Merenggangkan otot tubuhnya.
"Sudah bangun?"
Gibran menarik senyumnya merentangkan tangannya mengkode agar Sha masuk kedalam pelukannya.
"Astaga.. suamiku belum bangun rupanya?" tak menghiraukan suaminya yang cari perhatian.
"Kau terlihat sangat bahagia, sayang. Ada apa hmm?"
Sha tersenyum kecil, "Hari ini hari spesial untukmu."
"Spesial? Tidak ada yang ulang tahun.. oh.. astaga.. aku lupa.."
Sha mengangkat kedua alisnya, "Tidak ada ya?"
"Aku ulang tahun?" ia sering lupa dengan hari ulangtahunnya sendiri.
"Yeah.. selamat ulang tahun suami!" Sha memeluk pria itu sayang.
"Terimakasih.. aku makin cinta denganmu, honey," memeluk istrinya gemas tak lupa memberi ciuman mesra.
Pria itu berguling berhasil menindih istrinya.
"Bran!" pekik Sha terkejut.
"Aku ingin hadiahku."
"Iya.. aku akan memberikannya."
"Sekarang!" pria itu mencoba membuka pakaian istrinya.
"Bran.. bukan ini. Kau bisa bercinta denganku kapan saja. Tapi bukan ini hadiahnya," ujarnya panik.
"Oh astaga.. berapa banyak hadiah diumurku yang sudah tidak muda ini?"
"Astaga.. kau baru dua puluh enam Bran.."
Sha berhasil meloloskan diri dari pria mesum itu. Huh.. ia sedang hamil dan pria itu selalu saja tancap gas.
"Sayang.." tak terima istrinya bisa lolos dari kungkungannya.
"Turun ke bawah! Ada banyak yang sudah menunggumu."
"Benarkah?"
"Iya suami."
"Aku suka panggilan itu. Terdengar lebih intim."
"Bran.. aku serius."
"Aku lebih serius."
"Mandilah! Setelah itu ke bawah!"
Pria itu menghela nafas pelan, "Kiss me more."
"Tidak, nanti saja."
"Please!" dengan nada sedikit memaksa.
Sha mengecup sekilas pria itu, "Sudah?"
"Apa-apaan itu? Tidak kerasa. Ini.. baru ciuman."
Pria itu menciumnya dengan ganas. Tak sedikitpun memberi celah untuk bernafas.
"Gibran? Shahinaz?"
Pria itu seketika melebarkan matanya, "Mommy?"
Sha dengan wajah memerah mengangguk kecil, "Mommy dan Daddy ke sini."
Senyum Gibran tiba-tiba mengembang sempurna. Menatap istrinya tak percaya.
![](https://img.wattpad.com/cover/277904597-288-k166380.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE HERZ ✓ (COMPLETED)
Nouvelles(Follow sebelum baca) Bagaimana jika salah satu sahabat terbaikmu memperkosamu? Apa yang akan kamu lakukan? --- "Jadilah istriku!" "Jangan gila Bran!" --- Cover by pinterest Buku keempat Big Boss and Me #2 in puisi