(14)

14.1K 1K 15
                                    

Sha keluar dari kamarnya setelah kira-kira setengah jam beristirahat. Menghela nafas pelan melihat pria itu membawa pekerjaannya ke rumah. Hanya untuk memberinya makan siang? Ia tahu jika pria itu rela melakukannya demi dirinya. Ia merasa sedikit iba dengan pria itu. Entah kenapa mood-nya bisa naik-turun seperti roller coaster. Mungkin karena ia sedang hamil.

"Terimakasih," terpaksa mengambil makanan yang sudah dibeli pria itu.

Pria itu mendongak menahan senyum, "Sama-sama."

"Lain kali belilah dua porsi. Kau juga harus makan," ujarnya merasa sedikit kasihan.

Mendudukan bokongnya di sebelah pria itu. Ia tahu pria itu pasti kelelahan. Gibran menutup laptopnya segera. Mengerahkan seluruh perhatiannya pada wanita itu.

"Aku sudah makan tadi." Seraya tersenyum senang melihat istrinya makan.

"Bohong."

"Well, sebenarnya tadi pagi."

Sha menghela nafas pelan, "Kau harus makan. Ingat, kau punya mag!"

Pria itu diam-diam tersenyum. Wanita itu ternyata masih memperhatikannya, "Aku sedang tak ingin."

"Kenapa?"

"Tak ada yang memberiku bekal makan lagi seperti biasanya."

"Kau bisa membeli sendiri."

"Sudah kebiasaan yang sulit dihapus. Masakan istriku sangat lezat tak ada yang bisa menandinginya."

Sha menghela nafasnya pelan, "Makanan ini cukup untuk dua porsi."

"Makanlah aku tidak lapar!"

Sha menggeleng menyuapkan sesendok ke mulut pria itu, "Makanlah denganku!"

Seketika hatinya terasa terenyuh. Perhatian yang sangat ia rindukan dari wanita ini ternyata sudah kembali. Memutuskan menerima suapan dari istrinya. Ia merasa sekarang mereka benar-benar menjadi suami-istri. Ia sangat bahagia. Sekejab melupakan jika itu sup ibu hamil.

"Kau juga!"

Sha memakan sendiri makanan yang terlihat tidak enak. Ia termasuk orang yang pilih-pilih makanan. Tapi, ternyata pria itu memahami seleranya. Tentu saja mereka bersahabat dari kecil.

"Kau beli dimana?"

"Di depan martabak kesukaanmu."

"Memang ada?"

"Ya, baru buka baru-baru ini."

Pria itu tersenyum melihat istrinya memakannya dengan lahap, "Makanlah sampai habis!"

Sha menggeleng, "Kau tahu porsi makanku. Aku jelas tak habis."

"Baiklah, makanlah sekenyangmu! Aku akan memakannya jika tak habis."

Kebiasaan yang sering dilakukan pria itu. Gibran termasuk golongan yang sangat menyayangi makanan. Tak boleh ada sedikitpun makanan tersisa di sekitarnya. Ia juga sering menghabiskan makanan Sha jika tak habis.

"Aku akan membantu pekerjaanmu jika kau mau."

"Tidak usah. Setelah makan istirahatlah lagi!"

"Aku lelah beristirahat."

"Aku bisa menyelesaikannya sendiri, sayang."

"Tapi, aku hanya ingin membantu."

"Bantulah aku dengan kau disini. Itu sudah lebih dari cukup."

Seketika Sha terdiam sebelum menjawab, "Baiklah.."

Pria itu tersenyum senang, "Terimakasih."

Pria itu mulai mengerjakan kembali pekerjaannya. Merasa lebih baik ketika berada di samping istrinya.

"Apa yang kau ketik ini?"

Gibran tercengang dengan hasil ketikannya. Banyak kesalahan penulisan bertebaran. Ada sebagian kalimat 'Shahinaz istriku.. dia sekarang istriku.. ' apa-apaan ini?

"Apa yang sedang kau pikirkan?" ujarnya heran.

"Aku tak tahu," ia sendiri tak sadar telah mengetiknya.

"Tak seperti biasanya kau melakukan kesalahan sefatal ini. Kau sepertinya kelelahan sehingga kau tak fokus dengan apa yang sedang kau kerjakan."

Gibran mengangguk kecil, "Sepertinya."

"Istirahatlah! Aku tahu kau tak tidur dua hari ini."

"Bagaimana kau tahu?"

"Karena kau berisik."

Pria itu seketika terdiam.

Sha menghela nafas pelan, "Kenapa?"

"Aku tak apa. Aku minta maaf sudah mengganggu tidurmu."

"Katakan saja alasannya!"

"Tidak ada."

"Bran.."

"Aku tak apa, sayang."

"Aku masih perduli padamu, Bran. Katakan saja alasannya!"

"Sungguh aku tak apa, Sha."

"Kau berbohong."

Gibran mengalihkan pandangannya ke arah lain. Istrinya memang sangat mengerti dirinya.

"Aku memikirkan.. bagaimana nasib pernikahan kita. Aku tak tahu harus memperbaikinya mulai darimana. Aku sungguh tak tahu harus bagaimana. Aku seperti kehilangan arah saat kau marah."

ONE HERZ ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang