(22)

12.6K 929 7
                                    

"Namanya Kenan."

"Kenan? Kenan siapa?"

"Aku tidak tahu. Tapi, yang jelas pria itu pasti tak baik, sayang."

"Bagaimana bisa kau tahu?"

"Katanya pria itu terobsesi untuk menikah dengan adikku."

"What?! Bagaimana bisa?"

"Aku tidak tahu, sayang."

"Kapan acara lamarannya?"

"Sekarang."

Sha menggeleng kepalanya tak habis pikir, "Kenapa kau baru diberitahu? Tak mungkin jika kau kesana sekarang?"

"Aku tak ingin meninggalkanmu."

"Tidak apa, Bran. Adikmu mungkin sedang membutuhkanmu saat ini. Aku bisa menjaga diriku dan anak kita. Jadi, jangan khawatir!"

"Tidak."

"Tapi, Bran. Dia adikmu."

"Tapi, kau istriku. Aku tak bisa meninggalkanmu dan anakku. Aku akan meneleponnya saja."

"Emm.. baiklah.." apapun keputusan suaminya ia yakin itulah yang terbaik.

"Hallo!"

Sha menutup mulutnya ketika suara intimidasi pria itu keluar. Gibran pastilah menyimpan amarah di dalam hatinya.

"Kak Gibran," ujarnya setengah parau.

"Apa-apaan ini.. apa maksudnya acara lamaran mendadak? Bisa kau jelaskan?"

"A..aku.."

"Kau kenapa Amelia? Apa ada masalah?" ujar Gibran sedikit khawatir.

Pria itu pastilah tahu perasaan adiknya hanya mendengar suaranya.

"Tidak kak.. Amelia hanya bahagia. Sangat bahagia.."

"Pembohong.. kakak ingin video call sekarang!"

"Tapi kak.. acaranya belum selesai."

"Tak perlu banyak alasan. Aku ingin melihatmu."

"Tapi kak.. emm.."

"Sayang tak apa.. biarkan kakakmu melihat wajah cantik adiknya," sergah seorang pria tiba-tiba.

Gibran mengerutkan keningnya samar begitupun Sha. Mereka berdua seperti mengenal suara pria itu.

"Siapa itu Mel?"

"Enghh.."

"Perkenalkan aku calon suami adikmu. Namaku Kenan."

"Kau?!"

Sha menutup mulutnya terkejut. Pria itu.. ia mengenalnya. Sungguh ia tak menyangka jika itu Kenan Efran, teman lama Gibran.

"Hai kakak Gibran!" sahut pria itu santai.

"Kenan Efran. Jadi kau?" serunya tak percaya.

"Ya Gibran. Aku akan menjadi calon adik iparmu."

"Tak bisa dipercaya."

"Kau harus percaya."

"Bagaimana bisa kau?" ia masih tak percaya apa yang terjadi.

"Nanti akan kuceritakan kawan. Well, sungguh mengejutkan kita tak hanya partner bisnis. Kita akan menjadi keluarga baik. Semoga kau bisa datang ke pernikahan kami."

"Amelia.. kau tak boleh menikah dengannya!"

"Why calon kakak ipar?" tanya Kenan tak terima.

"Bukankah kau tak bisa move on dengan mantan kekasihmu? Jangan jadikan adikku pengalih hatimu. Batalkan pernikahan kalian!"

"C'mon dude, aku tak pernah sedikitpun mengalihkan hatiku pada wanita yang kucintai. Walau aku sudah berusaha keras."

"Apa maksudmu?! Jangan bermain-main denganku!"

"Wanita yang dari dulu kucintai hanya satu, adikmu."

"Apa?!"

"Santai dude.. lain kali akan kuceritakan. Sedikit lagi acara akan selesai. Sampai jumpa!"

Tut!

"Sialan kau!"

Gibran mencoba menghubungi lagi pria kurang ajar itu.

"Apa maksudnya, hah?!"

"Gibran.. tenang!"

"Bagaimana bisa aku tenang? Pria itu katanya tak bisa move on dengan mantannya. Bagaimana bisa ia ingin menikahi adikku."

"Tapi, Bran. Bagaimana jika mantannya itu adalah adikmu?"

"Tidak mungkin. Adikku tidak boleh berpacaran."

"Tidak ada yang tidak mungkin, Bran."

"Aku tak bisa percaya dengan bedebah sialan itu!"

Sha menghela nafasnya pelan.

"Sekarang, coba kau tenangkan dirimu!" wanita itu meraih tangan suaminya.

Gibran segera menepisnya. Ia tak ingin menyakiti istrinya. Karena ketika marah dia akan menghajar apapun di sekitarnya.

"Baiklah, aku akan pergi." Ia akan memberi ruang untuk suaminya.

"Tunggu! Jangan pergi!" pria itu mencekal pergelangan tangan istrinya.

"Hmm?"

"Kumohon jangan tinggalkan aku!"

"Bran, aku hanya ingin ke dapur."

"Oh.. okay." Melepaskan tangannya tidak rela. Ia kira akan ditinggalkan oleh istrinya.

Sha segera beranjak dari ruang kerja suaminya.

"Sha!"

"Ya?"

"Kiss me, please!"

"Hmmm?" ujarnya terkejut.

"Aku butuh ciumanmu."

ONE HERZ ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang